Pengaruh Ekspansi MCU Terhadap Kenikmatan Menonton Dr. Strange in the Multiverse of Madness (2022)

Ben Aryandiaz Herawan
5 min readJun 10, 2022

--

Sudah genap 4 tahun saya menulis jawaban di Quora tentang Dr. Strange in the Multiverse of Madness, dan beberapa minggu kemarin saya akhirnya menonton film ini bersama dengan admin WatchmenID yang lainnya. Arah filmnya berbeda dengan ekspektasi yang saya miliki, tapi saya tetap suka dengan bagaimana cerita diracik oleh sutradara dan penulis skenario.

Clea pun muncul di layar, menandakan bahwa film ini telah berakhir dan akan bersambung ke film selanjutnya. Salah satu teman yang duduk di belakang saya lalu berdiri, memberikan napas panjang dan berucap:

“Sumpah, cape dan pusing nonton filmnya”

Setelah dipikir-pikir, benar juga. Saya juga merasa cape dan pusing menonton film ini. Saya pikir saya akan meninggalkan studio dengan perasaan senang dan bahagia seperti ketika saya menonton Spiderman: No Way Home. Tapi kok saya malah tidak menikmati film seutuhnya ya?

Dari latar belakang ini, berikut akan saya utarakan hipotesisnya.

Film pertama Dr. Strange tayang di tahun 2016, dan fans MCU langsung tahu bahwa franchise Dr. Strange adalah salah satu bagian yang ‘dewasa’ dibandingkan film-film lainnya. Plotnya lebih kompleks, lebih rumit, belum lagi efek dan alur cerita yang mind bending dan mind blowing.

Dengan kata lain, franchise Dr. Strange adalah salah satu franchise yang terbilang punya plot yang dalam dan serius, bersandingan dengan franchise Captain America dan Black Panther yang kental dengan drama politik.

Kompleksitas yang dimiliki franchise Dr. Strange menjadi JAUH lebih rumit dengan membawa tema multiverse yang memang sudah direncanakan akan menjadi tema besar MCU di Phase 4. Banyaknya karakter baru, semesta baru, dan plot cerita baru otomatis membuat film Dr. Strange in The Multiverse of Madness lebih sulit untuk dicerna oleh penonton kasual, terutama bagi mereka yang hanya sekedar mengikuti hype MCU saja.

Plot yang kompleks dan bertambah rumit ini juga semakin terasa asing bagi fans, karena Kevin Feige sebagai presiden dari Marvel Studios memutuskan bahwa Dr. Strange in the Multiverse of Madness akan bergenre horor. Sempat menunjuk Scott Derrickson yang sudah menyandang reputasi sutradara horor ternama, gelar sutradara kemudian digantikan oleh Sam Raimi yang juga punya reputasi yang tidak kalah besar. Dia adalah sutradara dari The Evil Dead dan Drag Me To Hell, dua film horror yang membuat saya trauma.

Singkatnya, Dr. Strange yang kita kenal di film pertama sangat jauh berbeda dengan apa yang kita tonton di tahun 2022 ini. Penonton seperti masuk ke restoran favorit tapi disuguhkan menu baru yang belum pernah kita coba: bisa jadi kita menyukainya, bisa jadi sebaliknya.

Saya pribadi menganggap kalau Dr. Strange of Multiverse of Madness adalah point-of-no-return dari MCU yang sudah kita kenal 12 tahun ke belakang. Semua adegan, semua ingatan, semua rasa, memori, dan pengalaman menyenangkan yang kita rasakan selama menonton The Avengers dalam Infinity Saga akan hilang dan tergantikan dengan semesta MCU yang baru dan JAUH lebih luas. Artinya, kita harus mengganti memori MCU yang lama dengan MCU yang baru, dengan karakter dan cerita yang asing.

Kita harus kembali ke titik nol.

Kalau kamu yang #SiPalingMarvel alias fans fanatik dari MCU, tentu ini sama sekali bukanlah masalah. Tapi buat saya penikmat kasual, terasa ada beban berat dimana saya harus mengikuti semua series yang berkaitan dengan MCU supaya tidak ketinggalan alur cerita. Saya menjadi FOMO, dan jujur itu melelahkan dan membuat jenuh. Membayangkan begitu banyak serial yang harus saya tonton dan waktu yang dibutuhkan untuk menonton puluhan episodenya membuat saya merasa enggan dan malas.

Saya tidak tahu apakah ini ada istilahnya, tapi saya pribadi menyebut fenomena ini sebagai audience exhaustion.

Di Phase 3 dan sebelumnya, saya tidak merasa FOMO karena yang harus kita lakukan hanyalah menonton film yang tayang di bioskop saja. Jarak dari satu film MCU ke film MCU lainnya pun minimal satu tahun. Jedanya panjang, dan saya tidak pernah merasa takut untuk ketinggalan cerita. Coba sekarang, jarak antara episode terakhir serial Moon Knight dengan film Dr. Strange in The Multiverse of Madness hanya berbeda satu hari.

Ini semua terjadi berkat pandemi dan model bisnis streaming yang diadaptasi oleh Disney, sehingga pengalaman menikmati MCU penonton pun berubah total. Kita ‘dituntut’ untuk mengikuti serial-serial yang nantinya akan berhubungan dengan timeline utama dari MCU. Jika kita tidak mengikuti serial ini, kita tidak akan mendapatkan kepuasan paripurna yang seutuhnya ketika menonton film MCU selanjutnya karena ketinggalan informasi karakter dan alur cerita.

Contoh paling dekat, tentu saja ‘kewajiban’ untuk menonton seluruh episode dari WandaVision sebelum menonton film Dr. Strange in the Multiverse of Madness. Karena jika tidak, kita akan kehilangan begitu banyak konteks cerita dan tidak mengerti dengan plot film yang ada.

Efek audience exhaustion ini banyak yang membuat fans kasual ‘menyerah’ dan memutuskan untuk tidak lagi mengikuti MCU sedetail dulu lagi. Saya pernah membaca salah satu kutipan menarik dari fans kasual ini:

MCU sudah selesai dengan sempurna di Avengers Endgame, sisanya itu DLC

Mungkin ‘tuntutan’ untuk mengikuti begitu banyak serial dan menonton puluhan episode inilah yang menyebabkan saya, teman-teman saya dan mungkin banyak orang lainnya merasa lelah, capek, dan pusing ketika selesai menonton Dr. Strange in The Multiverse of Madness. Filmnya jauh dari jelek, tapi ekspektasi kenikmatan yang saya rasakan tidak lagi sama seperti ketika kita menonton film Dr. Strange yang pertama.

Ketika Clea muncul di akhir pun saya bukannya senang tapi malah merasa enggan dan berbicara dalam hati:

“Wah karakter baru lagi. Nambah lagi dong serial yang harus saya tonton”

Buat kamu yang merasa #SiPalingMarvel dan tidak setuju dengan isi tulisan saya, tolong jangan tersinggung ya. Ini hanya opini pribadi saja berdasarkan apa yang saya rasakan, mari kita setuju untuk tidak setuju.

Saya rasa, ini adalah fenomena yang wajar lho. Kita pasti punya satu serial dulu kita tidak sabar untuk menunggu episode baru setiap minggunya, tapi sekarang malah ‘menyerah’ karena menganggap ceritanya terlalu panjang dan terlalu berlarut-larut. Saya pribadi juga merasakannya ketika membaca dan menonton One Piece, dan memutuskan untuk ‘menyerah’ di awal arc Skypea.

Intinya sih, saya sangat senang dengan ekpansi MCU di Phase 4 ini. Tapi berhubung tubuh dan pikiran ini semakin renta karena didera banyak kewajiban duniawi yang tidak bisa ditinggalkan, rasanya semakin sulit dan merasa enggan untuk mengikuti semua serial dan menonton puluhan episodenya.

Apakah kamu juga ikut merasakan hal yang sama?

--

--

Ben Aryandiaz Herawan
Ben Aryandiaz Herawan

Written by Ben Aryandiaz Herawan

Ars Longa, Vita Brevis. Currently writing what's tangling in my mind.

No responses yet