My Writing Journey : Sebuah Perjalanan Menjadi Penulis Amatir dari Nol

Ben Aryandiaz Herawan
14 min readApr 19, 2020

--

Pada tanggal 19 April 2019, satu notifikasi tiba-tiba muncul dari aplikasi Quora. Terlihat ada titik merah di tombol profil Quora saya, menandakan bahwa seseorang baru saja mengirim pesan. Aneh memang, mengingat saya hampir tidak pernah berinteraksi secara intens dengan pengguna Quora lain.

Tanpa pikir panjang saya langsung membuka notifikasi tersebut, membaca dengan seksama sampai akhirnya saya diam sejenak dan mengambil nafas panjang. Saya menutup pesan tersebut, lalu tersenyum melebar dan kontan bertepuk tangan, merayakan sebuah kabar yang sudah saya tunggu selama dua tahun:

Selamat! Anda telah menjadi Penulis Terbaik Quora di Indonesia 2019

Pesan ini menjadi simbol hasil kerja keras latihan saya selama ini, sekaligus menjawab sebuah pertanyaan paling mendasar saat saya memutuskan untuk memulai menulis: “Bisakah saya sukses menjadi seorang penulis?”

Perjalanan Melompati Takdir

Jujur saja, saya tidak menyangka salah satu tujuan terbesar hidup saya akan bisa dicapai dalam waktu dua tahun saja. Saya kira, saya baru bisa mendapatkan gelar ‘Penulis Terbaik Quora Indonesia’ setelah menulis secara rutin selama lima tahun, mengingat tulisan saya masih berantakan dan masih belum punya kualitas yang maksimal. Karena memang, saya benar-benar mulai menulis dari nol tanpa pengalaman sama sekali sebelumnya.

Sebenarnya, niat dan tekad teguh untuk mulai mengejar mimpi menjadi seorang penulis datang ketika saya sudah muak dengan begitu banyak permintaan dan ekspektasi orang lain. Saya seperti tidak punya jati diri, selalu didorong kesana kemari tanpa ada yang mendengarkan isi hati saya sendiri. Saya memutuskan untuk mencoba melompati takdir, dengan melakukan satu tindakan irasional dan berharap dapat membuat perubahan yang eksepsional: saya memutuskan untuk keluar kuliah demi mengejar mimpi menjadi penulis.

Saya kemudian pergi dari rumah berbekal barang secukupnya dan uang tabungan 2 juta rupiah, menuju warnet langganan saya yang kebetulan bisa dipakai sebagai tempat tinggal sementara. Selama beberapa minggu, saya belajar tentang apa saja yang dibutuhkan untuk bisa menjadi seorang penulis. Tidak muluk-muluk harus menjadi penulis hebat dan terkenal, yang penting bisa mencari kerja demi bisa makan saja dulu.

Saya mencari tahu apa saja kanal yang bisa saya gunakan agar tulisan saya dibaca oleh banyak orang lain. Saya belajar bagaimana teknik penulisan yang tepat, bagaimana membentuk rima kata yang ‘nikmat’ dibaca dan bagaimana membentuk persona branding yang kuat sebagai seorang penulis.

Untuk memperjelas jalan yang harus saya tempuh demi menjadi penulis handal, saya kemudian membuat target sederhana tentang apa saja yang harus saya lakukan:

Langkah 1: Belajar Menulis Yang Benar

Sebagai orang yang sulit belajar dengan membaca buku teori, saya memutuskan menggunakan YouTube dan membaca artikel di internet sebagai sumber utama tempat saya belajar. Tapi walaupun saya sudah menonton banyak sekali video dan membaca ratusan artikel tentang cara menulis yang efektif, tetap saja saya merasa kalau tulisan saya tidak berkembang. Saya merasa tidak tahu apa-apa, tulisan saya masih terasa tidak berjiwa, resonasi hati dan pesan yang ingin saya sampaikan tidak ‘keluar’ dalam tulisan yang saya buat.

Baiklah, ini berarti satu tantangan baru:
Saya harus menemukan cara belajar menulis yang efektif yang sesuai dengan metode belajar saya.

Saat sedang mencari-cari metode belajar alternatif, tiba-tiba saya teringat dengan salah satu akun di Quora yang sering saya baca jawabannya. Namanya adalah Thaddeus Howze, seorang penulis yang memanggil dirinya sebagai Answer-Man. Saya langsung menganalisis, meneliti dan mempelajari bagaimana dia bisa menulis jawaban yang membuat saya kagum, sampai akhirnya saya menemukan satu artikel buatannya yang berjudul Writing Crafts: How can an aspiring young writer make a name for himself?

Selesai membaca artikel tersebut, saya langsung berdiri dan bertepuk tangan sambil tersenyum dengan lebar. Akhirnya, saya menemukan apa yang saya cari! Akhirnya saya tahu bagaimana membuat dasar pemikiran untuk menjadi seorang penulis handal, bukan hanya melulu ngomongin teknis semata!

Tidak cukup sampai disitu, saya mencoba mencari lebih dalam tentang Writing Crafts yang dibuat oleh Thaddeus Howze ini dan menemukan artikel lainnya yang tergabung dalam seri Writing Craft: Mastering the Urge to Write:

  1. Writing Craft: On Writing Speculative Fiction
  2. Writing Craft: How Can an Aspiring Young Writer Make A Name For Himself?
  3. Writing Craft: What Nobody Ever Told Me
  4. Writing Craft: “Welcome to Ruts-ville, USA.
  5. Writing Craft: Blogging & the Nascent Writer
  6. Writing Craft: I’m seventeen and not a famous writer yet.
  7. Writing Craft: So you want to be a digital story-teller, eh?
  8. Writing Craft: Kill Your TV!
  9. Writing Craft: Prioritize for Success
  10. Writing Craft: How can I tell if I am naturally a good writer?
  11. Writing Craft: Writers of the 21st Century Unite!
  12. Writing Craft: Research for the Win
  13. Writing Craft: Peering Beneath the Waves at the Leviathan
  14. Writing Craft: When Your Muse is on Strike
  15. Writing Craft: Getting Past Writer’s Block

Seri yang dibuat oleh Thaddeus Howze ini berisikan informasi yang padat dan lengkap bagi seseorang yang ingin belajar menjadi seorang penulis handal. Disini kita tidak hanya bisa mengetahui proses kreatif seorang Thaddeus Howze dalam membuat karya tulis, tapi juga hal-hal non teknis penting lainnya yang bisa membuat ‘jiwa’ menulis kita keluar dan dapat dirasakan dengan jelas oleh orang lain.

Tapi jika setelah membaca dan mempelajari 15 artikel di atas jiwa menulis kita tidak kunjung ‘bersinar’, berarti sudah waktunya kita berlatih dan mempraktikannya secara nyata dengan menggunakan prinsip personal branding.

Langkah 2: Buat ‘Writer Persona’

Melalui seri yang dibuat oleh Thaddeus Howzee, saya mendapatkan informasi bagaimana membuat pondasi yang kuat agar bisa menjadi penulis yang handal di masa depan. Tapi tetap saja, informasi ini tidak berarti apapun jika saya tidak mempraktekannya secara langsung di dunia nyata.

Alasan inilah yang membuat saya kembali melihat profil Thaddeus Howze di Quora, membaca setiap jawaban yang dia buat, menganalisis pemilihan kata, mengukur pacing cerita, teknik storytelling yang dia pakai, hingga bagaimana dia menutup tulisan yang dia buat. Singkat cerita, saya mencari hal apa saja yang membuat saya kagum dengan setiap tulisannya. Saya ingin mencuri ilmunya agar bisa mempunyai ‘writer persona’ yang mirip dengannya.

Setelah melihat banyak jawaban yang dia buat, ada 5 hal yang saya pelajari:

  1. Thaddeus Howze menulis dengan topik yang sempit. Dia biasanya menjawab pertanyaan seputar dunia komik dan cerita fiksi, satu hal yang dia kuasai mengingat dia adalah penulis cerita fiksi dan fans berat dunia komik sejak kecil.
  2. Saat menulis jawaban, Thaddeus Howze tidak hanya informasi yang ditanyakan oleh penanya. Dia menambahkannya dengan informasi yang lebih dalam dan detail, memberikan saduran, gambar, dan tidak jarang mencantumkan riset dan penelitian untuk mendukung jawaban yang dia tulis. Hasilnya, jawaban yang dia buat sangat lengkap dan sangat kaya akan informasi dibandingkan jawaban dari orang lain.
  3. Hampir semua jawaban yang ditulis Thaddeus Howze menggunakan storytelling, tidak pernah listical seperti yang biasa dibuat oleh orang lain. Artinya, dia tidak hanya sekedar menjawab pertanyaan, tapi menggiring pembaca agar mereka bisa ‘menikmati’ jawaban yang dia tulis.
  4. Ada sesuatu yang ‘baru’ di setiap jawaban yang dibuat oleh Thaddeus Howze. Dia tidak memiliki format yang tetap dan konstan, setiap jawaban punya alur membaca yang baru dan selalu bisa mengundang orang untuk membaca jawabannya hingga akhir.
  5. Tidak hanya menulis di Quora saja, Thaddeus Howze juga mempunyai blog sendiri maupun menulis di kanal orang lain. Dia menulis dengan topik yang berbeda di setiap kanal, sehingga topik yang dia tulis jauh lebih luas dibandingkan apa yang terlihat di Quora.

5 hal di atas kemudian saya coba formulasikan untuk membuat writer persona saya sendiri, dengan sedikit modifikasi yang disesuaikan:

  • Saya ingin dikenal sebagai pengulas dan analis film. Karena itu, saya akan rutin menjawab pertanyaan di topik film Quora agar orang lain bisa melihat saya sebagai seorang penulis yang fokus membahas tentang film.
  • Saya ingin tulisan saya menarik. Karena itu, saya akan menjawab pertanyaan dengan teknik storytelling yang memberikan pacing layaknya membacakan cerita pada orang lain. Saya juga akan bereksperimen setiap kali menulis, tidak menggunakan formula yang konstan untuk membuat tulisan saya semakin menarik.
  • Saya ingin pembaca tahu lebih dalam. Karena itu, tulisan yang saya buat akan berisikan opini dan fakta yang didukung dengan riset yang jelas dan lugas. Saya juga akan menyertakan gambar yang mendukung informasi tersebut, menambahkan saduran dari sumber lain maupun sumber yang tulis saya sendiri.
  • Saya ingin tulisan saya dibaca lebih banyak orang. Karena itu, selain menulis jawaban di Quora saya juga akan menulis blog dan artikel di Medium dan banyak kanal lainnya agar lebih banyak orang yang bisa membaca tulisan saya. Saya juga akan memanfaatkan koneksi yang saya punya, seperti menulis blog ulasan atau artikel in-depth untuk WatchmenID misalnya untuk memperluas jangkauan pembaca tulisan saya.

Formula di atas adalah hal wajib yang harus saya selipkan di setiap tulisan yang saya buat. Formula ini adalah kerangka tulisan saya, jiwa dan passion menulis milik saya yang sengaja saya pancarkan agar orang lain bisa melihatnya. Tapi bagaimana caranya?

Tentu saja dengan banyak berlatih dengan membuat tulisan yang ciamik setiap harinya!

Langkah 3: Timbun Portofolio

Saat memutuskan untuk mengejar mimpi menjadi seorang penulis, saya menyadari ada satu hal penting yang harus segera saya lakukan: Saya harus membuat portofolio tulisan yang banyak dan berkualitas.

Saya tidak bisa lagi mencari pekerjaan lewat jalur akademis karena saya sudah memutuskan untuk keluar kuliah. Maka dari itu, portofolio adalah s senjata utama saya untuk bisa mendapatkan pekerjaan. Orang-orang yang akan memberikan pekerjaan pasti akan melihat kemampuan kandidat pekerjanya terlebih dulu bukan?

Karena itulah, saya memutuskan untuk ‘menimbun’ portofolio menggunakan 2 kanal utama: Quora dan Medium.

Quora bersifat sebagai ‘arena’ latihan menulis saya, dimana saya akan datang setiap hari untuk menjawab beberapa pertanyaan sambil melatih sense menulis dan menyebarkan writer persona yang saya miliki. Quora juga menjadi tempat saya bereksperimen dengan tulisan yang saya buat, mencoba beragam teknik storytelling untuk membuat sebuah tulisan yang menarik dan informatif bagi pembacanya.

Sedangkan Medium bersifat sebagai ‘bank’ tulisan saya, dimana saya akan membuat tulisan yang lebih panjang dan lebih komprehensif dengan riset yang lebih dalam, menghasilkan satu buah tulisan yang kaya akan informasi. Biasanya saya menulis seminggu sekali di blog Medium, dengan topik yang lebih bebas dibandingkan dengan Quora.

Saya pun kemudian mencoba melebarkan sayap dengan mempromosikan tulisan-tulisan saya di Instagram pribadi dengan membentuk feed yang rapih dan memiliki kesamaan tema. Tapi karena memang dasarnya saya tidak rutin menggunakan Instagram dan saya tidak bisa membuat desain dengan cepat, konsep ini saya tinggalkan karena dirasa memakan waktu yang terlalu banyak.

Tidak hanya itu, saya juga melakukan beberapa challenge menulis untuk memperbanyak portofolio sekaligus melatih skill menulis saya. Saya pernah meluncurkan satu buah proyek yang berjudul “Karahistoria, dimana saya membuat tulisan berupa analisis karakter fiksi yang menurut saya punya sisi yang unik dan menarik. Tapi karena tuntutan pekerjaan yang menyita banyak waktu, proyek ini pun harus kandas sebelum dimulai.

Tapi untungnya, saya berhasil melakukan 30 Days Writing Challenge dalam proyek bertajuk “WatchmenID Watchlist, yaitu kompilasi rekomendasi film-film berdasarkan genre yang sesuai dengan kebutuhan pencarinya:

WatchmenID Watchlist adalah proyek atau challenge pertama yang sukses saya kerjakan dari awal sampai akhir, walaupun harus meleset dari target karena dibuat selama 37 hari. Saya pun mencoba melanjutkannya proyek ini, tapi kembali lagi harus kandas karena pekerjaan yang begitu menyita waktu saya.

Yah, meskipun proses penimbunan portofolio saya jauh dari kata sempurna tapi setidaknya saya sudah mencoba menulis dengan usaha terbaik yang saya bisa.

Membuat banyak proyek tulisan, mencoba melakukan writing challenge dan menulis di ‘arena’ Quora tidak hanya akan membuat skill menulis saya semakin meningkat, tapi juga melatih saya untuk selalu berusaha memberikan tulisan dengan perspektif dan cerita yang unik. Kegiatan ‘menabung’ di Medium pun bermanfaat sebagai wadah portofolio tulisan saya, dimana orang lain dapat dengan mudah melihat tulisan-tulisan saya dalam satu tempat.

Dengan skill menulis yang sudah sedikit terasah dan portofolio yang mulai banyak, saya pun semakin pede untuk mengambil langkah selanjutnya: mencari cuan dengan menulis!

Langkah 4 : Cari Komisi Nulis

Oke, setelah sedikit belajar bagaimana cara menulis yang benar dan sudah punya sedikit portofolio, saya memberanikan diri untuk mencoba mencari komisi menulis di Sribulancer.com, tempat dimana orang-orang menawarkan pekerjaan freelance pada penulis, desainer, fotografer, videografer dan pekerjaan lepas lainnya.

Saya tidak langsung mencari pekerjaan tetap dan melamar pekerjaan sebagai copywriter atau content planner di suatu perusahaan, karena saya menyadari ada satu hal yang harus saya pelajari terlebih dulu: bagaimana berurusan dengan keinginan dari klien. Saya sadar kalau saya butuh pengalaman bagaimana berkomunikasi dan bernegosiasi dengan klien secara nyata dalam soal pekerjaan.

Menggunakan email pribari, saya lalu membuat akun di Sribulancer.com dan langsung mencari proyek mana yang kira-kira bisa saya ambil sebagai penulis pemula. Saya melamar ke banyak proyek, memberikan CV terbaru dan portofolio terbaik yang saya punya, bahkan sampai memberikan penawaran trial 1 buah artikel secara gratis pada pemberi proyek.

Hasilnya nihil.

Tidak ada klien yang mau memberikan saya pekerjaan, atau mungkin saya memang tidak terlihat karena harus ‘beradu’ dengan penulis-penulis lainnya yang sudah punya pengalaman. Baiklah, ini tandanya saya memang harus mencari komisi menulis di tempat lain.

Saya mencoba membuat akun di website freelance lain, saya juga mencari pekerjaan menggunakan sosial media yang saya punya, seperti Facebook, Instagram, Twitter, bahkan hingga LinkedIn. Saya menanyakan ke teman-teman daring apakah mereka kenal dengan orang yang butuh jasa menulis, saya masuk ke grup penulis lepas di Facebook, bahkan menanyakan secara langsung pada para penulis yang sudah lama berkecimpung di dunia freelance apa saja tips untuk bisa mendapatkan pekerjaan menulis pertama kali.

Hasilnya masih nihil.

Saat itu saya benar-benar tidak menyangka kalau ternyata mendapatkan pekerjaan menulis itu begitu sulit. Saya pikir saya bisa melakukannya hanya dengan bermodalkan tekad saja, ternyata memang harus didukung dengan koneksi yang luas dan pendekatan yang tepat juga. Jujur, saya hampir putus asa disini.

Tapi memang dasarnya saya tidak mau menyerah, saya menanggap kesulitan ini sebagai tantangan yang harus saya lewati. Saya berpikiran positif sambil melakukan self-assessment. Mungkin skill menulis saya belum baik. Mungkin portofolio saya belum banyak. Mungkin tulisan saya belum berkualitas.

Maka dari itu, lebih baik saya membuat lebih banyak portofolio dan terus mencari celah untuk mendapatkan komisi menulis ketimbang harus bersedih dan merasa terus tidak mampu. Saya fokuskan diri untuk menulis lebih banyak jawaban di Quora dan menulis lebih banyak artikel yang berkualitas di Medium.

Dan untungnya, setelah tidak berapa lama tiba-tiba ada lowongan penulis di Blog CIAYO, salah satu platform komik webtoon Indonesia yang membutuhkan penulis untuk mengisi blognya dengan berita pop culture, film dan video games. Tidak ingin melewati kesempatan ini, saya langsung melamar dengan mengirimkan CV dan portofolio tulisan yang saya punya.

Saya akhirnya diterima!

Saya dipekerjakan sebagai penulis lepas dimana saya diberikan kebebasan untuk memilih topik sendiri, tentu dengan syarat dan prasyarat yang harus dipenuhi dari editor. Bayaran penulisan untuk satu blog memang terbilang kecil, tapi bagi saya yang baru menulis sejak kemarin sore, jumlah tersebut sudah terbilang besar. Saya menulis untuk blog CIAYO sekitar 6 bulan kalau tidak salah, sampai akhirnya mereka memutuskan untuk tidak lagi menerima tulisan dari penulis lepas.

Tapi dari sini, entah kenapa saya merasa lebih mudah mendapatkan komisi menulis. Kakak saya berhasil bergabung dalam anggota freelancer tetap Sribulancer sering memberikan saya komisi menulis untuk mengisi blog tentang ibu dan anak. Saya juga sering diminta menulis untuk teman-teman saya secara personal. Tapi yang paling membanggakan sih saat saya ‘berevolusi’ dari penulis lepas menjadi penulis tetap, yaitu ketika saya diterima sebagai copywriter di digital agency Idea Imaji. Sampai sekarang saya masih tidak percaya kalau saya bisa bekerja di bidang yang saya incar, dengan cara yang saya inginkan, menuju mimpi yang saya idamkan!

Saya sangat bersyukur bisa mendapatkan itu semua, tapi saya menyadari kalau perjalanan mimpi saya masih panjang. Saya harus tetap kerja keras untuk meningkatkan kualitas tulisan saya!

Langkah 5: UIangi Poin 1

Buat saya pribadi, perjalanan dari titik nol ke titik satu lebih berat daripada perjalanan dari titik satu ke titik seribu. Butuh waktu dua tahun bagi saya untuk bisa berjalan dari titik nol ke titik satu, butuh perjuangan yang lama untuk mengalahkan kemalasan dan ketidakpercayaan diri, butuh tekad yang besar untuk selalu teguh dan percaya pada mimpi yang saya punya.

Karena itu, saya tidak mau puas sampai disini.
Saya mau melihat mimpi saya menjadi kenyataan.

Masih banyak perjalanan yang harus saya lakukan untuk bisa menjadi penulis handal seperti Thaddeus Howze. Saat ini juga saya mempunyai mimpi dan ambisi untuk bisa menjadi sutradara dan penulis naskah film, walaupun sekarang saya tidak tahu harus mulai darimana. Keadaannya persis seperti dulu, saat saya memutuskan keluar kuliah demi menjadi seorang penulis.

Tapi berkaca dari pengalaman saya sendiri, saya yakin saya bisa mengejar mimpi yang saya punya. Yang harus saya lakukan sekarang sama seperti yang saya lakukan 2 tahun silam: belajar menulis yang benar. Tentu dengan format dan standar yang lebih tinggi dari sebelumnya.

Saat ini pun saya sedang mencari saiapa rolemodel penulis skenario yang sesuai dengan resonasi prinsip yang saya punya dan bisa saya tiru cara kerjanya. Saya juga sedang belajar hal teknis dan non-teknis soal pembuatan naskah film, mencuri proses kreatif dari Quentin Tarantino, Edgar Wright dan Guy Ritchie untuk menemukan screenwriter persona yang saya incar.

Saya tahu perjalanannya masih panjang, masih sangat panjang. Tapi sekarang saya sudah berada di titik satu, langkah saya sudah jauh lebih ringan dibandingkan saat berada di titik nol. Saatnya saya berjalan dan berlari menuju titik selanjutnya, berbekal banyak pengalaman dan semangat yang tinggi demi mimpi yang saya punya.

Doakan saya berhasil ya, teman-teman!

Saya sangat sadar bahwa saya adalah penulis amatiran yang rasanya belum pantas memberikan saran untuk orang lain bagaimana menjadi penulis yang handal. Tapi izinkan saya membisikan dua buah kata di telinga kamu yang ingin menjadi penulis tapi masih ragu: KAMU BISA!

Jujur, proses mengejar mimpi yang saya lakukan sangatlah lambat karena saya ingin mengerjakan semuanya dengan santai, bahkan saking santainya bisa dibilang malas. Tapi tidak boleh ditiru ya, karena saya tahu kamu bisa mengejar mimpi lebih cepat dan lebih baik dari apa yang saya lakukan.

Nah, buat kamu yang ingin bisa berjalan dari titik nol menuju titik satu sebagai penulis, ada beberapa tips yang ingin saya berikan:

  1. Cari Role Model
    Cari penulis yang benar-benar kamu idamkan, dan tiru bagaimana cara dia menulis. Cari lebih dalam bagaimana proses kreatif yang dia lakukan. Setelahnya, modifikasi cara tersebut sesuai dengan minat dan gaya menulis yang kamu. Percayalah, lambat laun kamu akan memiliki writer persona yang jauh berbeda dari penulis yang kamu idolakan.
  2. Buat Target Menulis Setiap Hari
    Sebagai penulis amatir, satu hal yang harus kita jaga adalah semangat menulis yang kita punya. Membuat target menulis setiap hari menjaga semangat tersebut tetap stabil. Tapi ingat, jangan pernah membuat target menulis yang terlalu tinggi karena akan membuatmu menjadi malas. Bercerita tentang apa yang kita alami setiap hari sebanyak 250 kata atau menjawab satu pertanyaan di Quora sudah cukup kok untuk menjaga ‘mesin’ menulis kita tetap panas.
  3. Buat Proyek, Lakukan Challenge
    Punya ide membuat tulisan berseri? Atau ingin menantang diri dengan melakukan 30 Days Writing Challenge? Lakukan saja dengan semangat, jangan dulu terbebani dengan sanggup atau tidaknya mengerjakan sampai akhir. Nikmati saja setiap prosesnya. Percayalah bahwa dalam setiap kata yang kamu tulis, kamu belajar sesuatu yang membuat tulisanmu menjadi lebih baik. Saya sendiri sudah tidak bisa menghitung berapa banyak proyek dan challenge yang terkubur karena tidak jadi terlaksana. Tapi tetap, semua pelajarannya sudah saya serap untuk dijadikan pengalaman menulis.
  4. Promosi Lewat Sosial Media
    Layaknya orang sedang jualan, kamu juga harus menjual dan menyebarkan writer persona yang kamu punya seluas mungkin. Gunakan secara maksimal sosial media yang kamu miliki, buat tema tulisan yang berbeda di Facebook, Instagram, Twitter atau Wattpad dan semacamnya. Jangan dulu melihat berapa banyak like yang kamu dapatkan atau berharap kamu mendapatkan pekerjaan dari promosi ini, lakukan semua demi mengasah skill menulis yang kamu punya.
  5. Timbun Portofolio
    Seperti yang sudah saya bilang, portofolio adalah senjata utama kamu sebagai penulis. Menimbun banyak portofolio tidak hanya berguna untuk melihat sebanyak apa tulisan yang pernah kamu buat, tapi juga sebagai sarana evaluasi sejauh mana tulisan kamu berkembang. Jika kamu merasa sudah membuat banyak tulisan tapi ‘jiwa’ menulis kamu belum keluar, berarti ada yang salah dalam prinsip menulis kamu. Cari tahu apa yang salah dengan melakukan banyak eksperimen saat menulis.

Intinya, kamu harus mengingat mimpi yang kamu punya dengan cara menulis setiap hari. Istirahat jelas boleh, tapi jangan terlalu lama agar ‘mesin’ menulis kamu tidak dingin dan tetap bekerja dengan stabil.

Saya tahu bagaimana malasnya menulis secara rutin setiap hari, apalagi jika kita punya pekerjaan utama yang begitu menyita waktu. Tapi percaya deh, bisa kok kita menulis secara rutin setiap hari. Cari saja jeda waktu 10–15 menit setiap hari untuk menulis status Facebook, membuat utas Twitter, atau bercerita di Instagram. Apapun media yang kamu pilih, manfaatkan waktu yang sedikit ini untuk melatih sense menulis yang kamu punya ya!

Ernest Hemingway pernah mengatakan:

“Writing is easy. All you got to do is sit at the typewriter and bleed”

Kita akan berdarah-darah saat belajar untuk menjadi penulis handal. Kita akan merasa kesal dengan diri sendiri, kita akan merasa ragu dan sering merasa tidak mampu membuat tulisan yang berkualitas.

Tapi semakin banyak dan semakin lama kita menulis, kita semakin tahu bagaimana caranya agar kita tidak berdarah saat menulis. Kita bisa membuat diri kita bahagia dengan menulis, kita juga akan tahu bahwa ternyata kita punya kemampuan untuk membuat tulisan yang membuat diri sendiri kita bangga.

Percayalah, karena saya dan milyaran penulis amatir lain adalah bukti nyatanya.

--

--