Mortal Kombat (2021) — Laga Penuh Gimmick, Minim Cerita Artistik
Penafian; artikel ini berisi spoiler dari film Mortal Kombat (2021) dan opini pribadi yang memiliki perspektif berbeda dari orang lain
“For the Lin Kuei”
Ucap Bi-Han dengan wajah penuh darah sebelum dia menghunuskan belati ke dada Hanzo Hasashi dan membunuhnya. Dia lalu berjalan dengan sedikit sempoyongan dan terlihat kesakitan, dengan wajah yang puas dan dingin karena telah berhasil menyelesaikan membunuh semua klan Shirai Ryu. Sebelumnya, Bi Han telah membunuh anak dan istri dari Hanzo Hasashi dengan kekuatan es yang menjadi keunikan karakternya.
Semua terlihat detail dan ciamik. Narasinya dan motivasi karakternya terlihat jelas dan dramatis, begitu juga dengan laga yang diperlihatkan. Sungguh sebuah intro yang epik dan berkelas!
Tapi sayangnya, semakin lama film diputar, semakin saya merasa kecewa dan bertanya: “Ini film ko begini ceritanya?”
Atmosfir dan seting cerita yang benar-benar kuat di awal perlahan mulai kehilangan magisnya, hilang kedalaman dan intensitas cerita yang saya harapkan ketika ingin menikmati lore dari salah satu franchise yang sudah berjalan lebih dari 2 dekade. Jika saya boleh menyimpulkan dalam 4 kata:
“Bagusan yang dulu, jauh!”
Karena kalau kita bandingkan film pendahulunya yang tayang di tahun 1995, plot cerita di film Mortal Kombat memang terasa tidak ada bobot sama sekali. Film seperti diceritakan seperti panel komik yang sama sekali tidak mempertimbangkan scene continuity. Saya merasa story dari film Mortal Kombat ini malah menjadi filler semata, karena adegan yang benar-benar terasa seperti ‘niat’ dibuat hanya adegan bertarung saja — yang itupun hanya beberapa pertarungan saja.
Plot cerita terasa hambar dan terlalu linear, tidak ada informasi yang membuat penonton berinteraksi dengan cerita atau membuat penasaran. Semuanya diperlihatkan dari satu titik ke titik lain dengan gamblang, frontal, dan sangat mudah ditebak. Tidak ada cerita yang spesial, tidak ada misteri yang diungkap, dan tidak terasa cerita epik dari Mortal Kombat yang kita semua tahu begitu luas dan dalam.
Apalagi kalau kita membicarakan tentang world building, rasanya amat sangat tertinggal jauh dari film yang tayang 26 tahun silam. Seting cerita yang sempit layaknya stage bertarung membuat film ini terasa tidak ‘wah’ dan menghilangkan elemen fantasinya. Bandingkan dengan film pendahulunya, dimana kita dibawa melihat banyak bagian dari pulau tempat diselenggarakannya Mortal Kombat, mulai dari pintu masuk, dungeon, ruangan rahasia, Outworld, bahkan dimensi neraka yang dihuni oleh Scorpion. Variasi seting cerita yang diperlihatkan dengan detail membuat dunia Mortal Kombat terlihat besar dan ceritanya terasa komplit, sehingga penonton benar-benar bisa merasakan atmosfir dan intensitas dari Mortal Kombat.
Saya, tidak mendapatkan kesan tersebut dari film Mortal Kombat 2021.
Tidak ada yang membuat saya merasa dunia Mortal Kombat itu besar dan menyeramkan, karena seting cerita yang diperlihatkan hanya sepercik dan sekilas pula. Dunianya terasa sempit, seperti hanya beralih dari satu stage bertarung ke stage lainnya. Sayang banget, karena seting cerita Mortal Kombat yang sangat beragam merupakan salah satu faktor paling keren dari franchise ini.
Tapi yang paling sangat disayangkan, adalah bagaimana film menceritakan konflik epik antara pasukan bumi dengan Outworld yang begitu epik dalam bentuk yang sangat sempit, fase yang sangat cepat, dan tanpa background story yang memadai. Hampir semua karakter diperkenalkan dalam satu atau dua buah kalimat saja. Bagaimana bisa penonton merasakan emosi atau merasa menjadi bagian dari cerita jika tidak bisa memahami karakter-karakter yang ada?
Coba tonton Mortal Kombat versi 1995, lihat bagaimana setiap karakter diperkenalkan dan punya sifat uniknya masing-masing. Lihat bagaimana friksi dan motivasi setiap karakter, dan lihat bagaimana masing-masing karakter saling terhubung dengan karakter lain; baik secara emosional, ideologi, motivasi maupun secara fisikal. Lihat bagaimana Shang Tsung dan Lord Raiden memiliki wibawa layaknya villain dan hero hanya dengan mengeluarkan sepercik kata.
Bandingkan dengan apa yang kita lihat di film Mortal Kombat sekarang.
Tidak ada koneksi yang bisa penonton rasakan karena banyak karakter yang hanya diperkenalkan dan diperlihatkan secara sekilas saja. Hanya beberapa karakter seperti Bi-Han, Scorpion, dan Kano saja yang terlihat jelas; itupun karena mereka memiliki screentime yang lebih banyak dan mempunyai keunikan karakter yang lebih terlihat dibandingkan karakter lain. Bahkan karakter utamanya (Cole Young) pun tidak memiliki ‘sesuatu’ yang spesial di mata penonton. Apalagi karakter-karakter yang hanya diperlihatkan benar-benar sekilas, mulai dari Kung Lao, Prince Goro dan Mileena— yang merupakan tokoh sentral di lore Mortal Kombat — Prince Reiko, dan si wanita bersayap entah-siapa-namanya yang seakan tampil hanya untuk mati konyol.
Jujur saya, saya tidak berekspektasi tinggi dari film Mortal Kombat ini. Tapi saya tidak menyangka kalau cerita filmnya bakalan seburuk dan sekacau ini. Iya, CGI, adegan bertarung, blood and gore yang ditampilkan memang juara. Tapi itu hanya 10% dari keseluruhan cerita. Saya yakin, banyak dari fans berat Mortal Kombat akan lebih setuju jika film tidak hanya fokus pada fan service saja, seperti yang dilakukan oleh film Mortal Kombat 1995 yang setiap laganya tetap terlihat epik walaupun minim gimmick, tapi tetap fokus pada cerita artistik dari lore Mortal Kombat yang magis.