Irena’s Shadow : Ketika Cerita Horor Bergabung Dengan Art Yang Cantik
Penafian — Artikel ini dibuat berdasarkan opini, selera dan preferensi pribadi. Setiap hal yang saya sebutkan disini hanya berdasarkan pendapat saya sendiri, dan mungkin akan dirasakan berbeda bagi setiap orang.
Jujur saja, saya bukanlah tipe orang yang senang dengan cerita horror. Mulai dari film horror, komik horror, ataupun segala sesuatu yang berhubungan dengan hal-hal yang menyeramkan. Tapi meskipun demikian, ada kalanya saya tertarik menonton film atau membaca komik horror walaupun hal tersebut membuat saya takut. Apalagi sekarang sedang masuk bulan Halloween, pas banget bukan?
Hal inilah yang mendasari saya untuk membaca komik Irena’s Shadow, sebuah komik horor buatan ANZU dari CIAYO Comics. Ada beberapa keunikan yang membuat saya betah membacanya, termasuk perpaduan tak lazim antara cerita horror dengan penggunaan art yang cantik.
Horror Rasa Romance
Ya, inilah hal yang pertama kali terlintas dikepala saat melihat komik Irena’s Shadow. Jika kebanyakan komikus menggunakan detail karakter yang sederhana dan cenderung seram, komik ini malah menggunakan desain karakter yang biasanya dapat kita temui pada komik romansa. Karakter yang cantik dan tampan, lengkap dengan muka dan mata super detail.
Saya tidak tahu apakah desain karakter ini merupakan kesengajaan, atau memang merupakan kekuatan ‘utama’ dari sang komikus. Tapi yang jelas, detail karakter semacam ini tentu akan memberikan rasa yang baru apabila disandingkan dengan genre horror. Kalau saya pribadi sih merasa desain karakter ini malah bikin tambah serem. Kaya punya aura semacam mouth-slited girl yang populer sebagai legenda di Jepang sana.
Dan selain desain karakter yang cantik nan detail diatas, bumbu romansa yang ada dan menjadi sub-plot juga turut menambah keunikan dari komik ini. Kita semua tahu kalau horror harusnya menyeramkan dan menakutkan, tapi kalau ditambah dengan romansa? Wah, saya jadi tidak tahu harus berekspektasi apa nantinya. Yang jelas, sub-plot romansa ini membuat saya masih betah membaca dan menunggu chapter selanjutnya.
Tapi, bagaimana dengan horror yang ditampilkan?
Kalau menurut saya pribadi, horror yang ada ‘pas’ takarannya bagi saya yang tidak doyan menikmati film atau cerita horror. Tidak seberat komik Hitam atau Journal of Terror yang mampu membuat saya merinding dengan ambience dan detail hantu yang mengerikan. Desain dari hantu dari komik ini tidak terlalu detail, namun cukup untuk mengesankan kalau Irena’s Shadow adalah komik horror dalam intinya.
Komik Irena’s Shadow ini mengingatkan saya pada komik The Girl Who Can See It karya izumi000. Premis dan plot ceritanya mirip, yaitu tentang seorang remaja yang punya kemampuan untuk melihat hantu. Walaupun desain karakter, ambience dan gaya penampakan hantunya berbeda, saya rasa ada beberapa hal yang mungkin komikus bisa contoh dan meningkatkan level komiknya lebih tinggi lagi.
Adegan Lambat Nan Lama
Satu hal yang paling mengganggu saya saat membaca komik Irena’s Shadow adalah lambatnya perjalanan satu adegan ke adegan yang lainya. Di komik ini, komikus hampir selalu menggunakan efek daun jatuh sebagai transisi dari satu panel ke panel lainnya. Hal tersebut sebenarnya efektif sih, tapi kalau setiap panel cerita inti diselingi dengan panel yang kosong, tentu akan membuat pembaca cepat merasa bosan bukan?
Contohnya, coba kita lihat salah satu adegan berikut ini :
Nah, sudah mengerti kan apa yang saya maksud adegan berjalan terlalu lambat? Karena memang ada blank page disetiap adegan, sehingga cerita berjalan lebih lama daripada seharusnya. Padahal kalau kita hilangkan blank page tersebut, tidak ada masalah pada cerita sama sekali bukan? Inilah yang membuat saya bingung, apa maksud dari sang komikus menaruh blank page pada setiap adegan.
Beberapa hal lain yang mungkin bisa ditingkatkan lagi adalah variasi adegan yang ditampilkan, terutama ketika karakter saling berinteraksi satu sama lain. Dari apa yang saya baca, komikus masih terlihat kaku dan enggan bereksperimen dengan angle atau sudut yang diambil. Kebanyakan adegan masih mengambil angle yang mainstream, menggunakan close-up muka atau waist-up dengan sudut yang datar.
Momen-momen horror yang ditampilkan juga menurut saya cenderung terlalu sedikit. Penampakan dan elemen horror yang ada masih terlalu sedikit, dan tidak sesuai dengan harapan saya ketika pertama kali membacanya. Memang sih komik ini baru sampai chapter empat dan masih dalam tahap pembuatan backstory, tapi semua pembaca tentu akan senang bukan jika momen mencekam datang lebih banyak?
Secara keseluruhan, saya bisa bilang kalau Irena’s Shadow merupakan salah satu komik horror yang punya banyak potensi. Art yang cantik ditambah premis klasik yang unik tentu akan membuat pembacanya punya pengalaman membaca yang baru dan seru.
Ngomongin soal pengalaman baru, tahukah kamu kalau komik Dreadout akan keluar di CIAYO Comics tanggal 1 November nanti? Komik yang ini kayanya bakalan horror abis, mengingat plot dan art cerita akan diadaptasi semirip mungkin dengan versi game-nya.
Yah, kita tunggu saja kehadirannya ya!