Buka Perpsektif Baru Tentang Arti Pendidikan Dengan 11 Film Berikut Ini
“We have sold ourselves into a fast food model of education, and it’s impoverishing our spirit and our energies as much as fast food is depleting our physical bodies.”
Sebuah kutipan dari Sir Ken Robinson, seorang professor, pemerhati dan pakar pendidikan membuat saya kagum dan bertepuk tangan di dalam hati. Sebagai orang yang mengenyam pendidikan selama 12 tahun lebih, saya sangat setuju dengan kutipan tersebut. Sistem pendidikan sekarang bukanlah untuk mendidik, tapi mencetak sebanyak mungkin sarjana yang minim pengetahuan tanpa skill mumpuni yang tidak bisa berkontribusi secara nyata. Inilah model pendidikan warisan abad ke-19, dimana murid dijadikan sebagai ‘produk’ dan sekolah bertindak sebagai pabrik.
Saya pun sudah pernah mengeluarkan unek-unek yang saya miliki tentang sistem pendidikan yang ada sekarang, mulai dari penyebab hingga solusi idealis yang bisa diambil. Dan sekarang, saya akan mengajak kalian semua untuk melihat beberapa film yang akan membuka perspektif baru tentang arti ini dari sebuah pendidikan. Percayalah, film-film di bawah ini akan membuat kamu menyadari bahwa pendidikan lebih dari sekedar mencari nilai bagus demi mendapatkan pekerjaan yang tetap.
Setidaknya, inilah yang saya rasakan. Saya harap kamu juga bisa merasakannya, ketika mata kita terbuka dan menjadi tahu ensensi dari sebuah pembelajaran.
1. 3 Idiots (2009)
Harus saya akui, salah satu prinsip hidup yang saya dapatkan dari film adalah film 3 Idiots ini. Saya adalah seseorang yang sebenarnya antipati dan ‘menolak’ untuk menonton film India karena memang tidak suka sejak dari dulu, tapi saya sangat bersyukur saya akhirnya menonton film ini. Menurut saya pribadi, 3 Idiots adalah salah satu film pendidikan terbaik yang pernah dibuat.
Bagi seorang yang punya mimpi yang besar, saya sangat setuju dengan setiap hal dan pesan yang diutarakan film ini. Nilai-nilai seperti belajar bukan untuk mencari uang tapi memperkaya diri, ikuti passion yang kita miliki, fokus pada kekuatan diri sendiri dan jangan takut dengan masa depan selalu saya pegang sampai saat ini. Karena memang, film ini mengajarkan penontonnya untuk belajar sesuai dengan caranya sendiri, sesuai dengan minat dan kemampuan agar bisa mendapatkan hasil yang maksimal.
2. Charlie Bartlett (2007)
Pernah menonton seri Netflix yang berjudul Sex Education? Saya selalu berpikir seri tersebut ‘diangkat’ dari film Charlie Bartlett yang keluar pada tahun 2007, yang bercerita tentang seorang murid yang mendadak jadi psikiatris dan psikolog pembantu bagi teman-teman sekelasnya.
Film ini mengambil perspektif siswa yang ada di dalam sekolah, bagaimana pola pikir mereka, apa yang mereka khawatirkan, apa yang mereka harapkan dapatkan dan isu-isu apa saja yang harus mereka hadapi. Saya pikir, dengan menonton film ini kita sebagai pelajar akan lebih tahu tentang kualitas dan kekuatan diri sendiri dan bagaimana mencari solusi dari setiap masalah yang kita hadapi.
3. Spare Parts (2015)
Diangkat dari kisah nyata, Spare Parts bercerita tentang sekelompok murid SMA dari daerah miskin yang membentuk klub robotik. Dengan segala keterbatasan, mereka mengikuti lomba robot akuatik dan menang universitas ternama seperti Stanford dan MIT.
Kisah ini benar-benar inspiratif, karena setingnya memang dibuat realistis dengan bauran plot dan konflik yang sesuai dengan apa yang terjadi di dunia nyata. Dari film ini juga kita bisa melihat beberapa masalah dalam proses pembelajaran khususnya di sekolah publik, dimana kuantitas dan kualitas guru yang kurang, minimnya motivasi belajar para murid, dan masalah eksternal lain yang mempengaruhi prestasi siswa di sekolah.
4. School of Rock (2003)
Mungkin film School of Rock terlihat nyeleneh dan terlalu komedik untuk dibawa serius, tapi kalau kita lihat esensi didalamnya ada banyak sekali pelajaran tentang pendidikan yang bisa kita ambil. School of Rock adalah film tentang pendidikan yang dibawakan dengan humor secara pas.
Ada beberapa hal yang menarik perhatian saya di film ini. Yang pertama, passion dan semangat mengajar rock yang dimiliki oleh Jack Black adalah satu-satunya hal yang membuat murid semangat belajar. Semua guru harus memiliki semangat seperti ini, agar murid semakin tertarik dan tercipta keinginan belajar yang menggebu dari dalam dirinya sendiri.
Yang kedua, isu kontras antara pelajaran yang membosankan dengan musik rock yang mengasyikan. Salah satu permasalahan pendidikan yang termasuk paling dasar adalah bagaimana cara membuat murid semangat dan tertarik untuk belajar dengan sendirinya. Film ini membuka perspektif baru untuk para penontonnya, dengan membiarkan murid berekspresi dan kreatif menggunakan otak kanannya, tidak hanya selalu fokus pada pembelajaran otak kirinya.
5. Detachment (2011)
Detachment, salah satu film underated tentang pendidikan ini berbeda dengan film-film yang sudah saya sebutkan di atas. Film ini penuh dengan aura negatif, mulai dari nilai-nilai nihilis yang disampaikan, hingga pencitraan karakter yang terlihat sangat pesimistis sepanjang film.
Film Detachment bisa dibilang sebuah wadah untuk para penontonnya agar mereka bisa melihat betapa bobroknya sistem pendidikan sekarang, dimana murid tidak serius belajar dan guru yang sudah tidak ada artinya lagi. Di film ini juga kita bisa melihat bagaimana para guru dan pengajar sudah hidup seperti ‘zombie’ yang hanya bekerja tanpa adanya antusiasme, akibat permasalahan hidup yang bersinggungan dengan isu ekonomi hingga masalah keluarga. Tidak ada attachment lagi dengan murid, tidak ada passion dan semangat menggebu-gebu untuk mengajar.
6. Waiting for ‘Superman’ (2010)
Sama halnya seperti Detachment, film dokumenter Waiting for ‘Superman’ juga membahas tentang menumpuknya masalah yang terjadi di sistem pendidikan Amerika Serikat, terutama di ranah sekolah publik. Film ini membahas tentang penuhnya kelas, kesejahteraan guru yang kurang, hingga sistem masuk siswa berdasarkan ‘peruntungan’ bukan dari skill atau kemampuan yang dimiliki.
Meskipun berbeda dengan sistem pendidikan di Amerika, film ini juga mengingatkan saya dengan sistem pendidikan di Indonesia yang sama-sama berasal dari abad ke-19, dengan conformity sebagai nilai utamanya. Kita bisa belajar tentang bagaimana seharusnya sistem sekolah dibuat berdasarkan para guru yang mengajar, termasuk pakar pendidikan yang peduli terhadap kemampuan murid ketimbang kepentingan birokrasi.
7. Dead Poets Society (1989)
Jika kita berbicara tentang arti, nilai, dan esensi belajar sesungguhnya, kita bisa melihat dengan jelas di karakter John Keating yang diperankan oleh sang legenda, Robbin Williams. Dia adalah seorang guru yang unik dan berani menentang norma saat itu yang menuntut siswa untuk belajar secara buta tanpa adanya passion atau semangat dari diri mereka sendiri.
John Keating memperlihatkan kita bagaimana cara menjadi pengajar yang baik, mulai dari melakukan pengajaran dengan cara yang unik untuk membuat siswa tertarik, hingga membiarkan siswa berekspresi sesuai dengan minat dan kemampuannya masing-masing. Yang paling penting, John Keating mengajarkan kita kalau belajar itu bukan untuk nilai, tapi untuk memperkaya diri sendiri dan menyebarkan kebahagiaan ke seluruh tubuh dan orang lain.
8. Patch Adams (1998)
Masih diperankan oleh Robin Williams, kali ini dia memerankan tokoh yang diangkat dari kisah nyata yang bernama Hunter “Patch” Adams. Sama seperti John Keating di Dead Poets Sociey, karakter Patch Adams ini juga menentang norma dan jalur tradisional di bidang kedokteran yang kaku. Dia menjadi dokter yang penuh dengan tawa dan kebahagiaan, karena dia percaya semakin pasien merasa bahagia semakin cepat pula proses penyembuhan penyakit ditubuhnya.
Lalu, apa hubungannya dengan pendidikan? Saat masih kuliah dulu, dia kuliah bukan untuk mendapatkan gelar dokter semata. Tujuan dia lebih dari itu, dia fokus ingin menolong orang lain yang membuatnya punya semangat, passion dan keinginan diri untuk belajar lebih giat dengan penuh harapan dan kebahagiaan. Hasilnya, dia menjadi lulusan terbaik saat itu tanpa pernah mengeluh dan terlihat murung sekalipun.
Mungkin kita boleh berkata kalau ini adalah sebuah film. Tapi pikirkan ini; kalau kita melakukan sesuatu dengan penuh cinta dan kebahagiaan, semuanya akan terlihat sangat mudah dan hasil yang didapatkan akan sangat berkualitas. Lihat saja Lisa Stefanny yang membuat skripsi setebal 1150 lembar hanya dalam 45 hari
9. Extremely Loud & Incredibly Close (2011)
Extremely Loud & Incredibly Close sebenarnya bukanlah film tentang pendidikan, tapi tentang petualangan seorang anak setelah ayahnya meninggal akibat kejadian 9/11. Oschar Schell sang anak lalu menemukan sebuah kunci dan sebuah petunjuk yang bertuliskan ‘Don’t Stop Looking’ yang dia percayai sebagai nasihat terakhir dari ayahnya.
Yang saya mau soroti dari film ini dalah bagaimana Tom Hanks yang berperan sebagai Thomas Schell mendidikan anaknya Oskar Schell, yang diperankan oleh Thomas Horn. Dia mendidik dengan cara saintifik, membiarkan anaknya mencari arti dari petunjuk-petunjuk sendiri, melakukan riset, membuat alat bantu, dan menjelajah bahkan hingga malam hari. Coba saja kalau orang tua di Indonesia mendorong anaknya untuk melakukan riset sederhana seperti ini sedari kecil ya.
10. The Little Prince (2015)
Diangkat dari buku anak-anak yang sudah terkenal di seluruh dunia, The Little Prince adalah salah satu film yang membuat saya membuka mata tentang inti dan arti dari sebuah pendidikan. Film ini menceritakan tentang petualangan seorang gadis yang dibesarkan oleh ibu yang super sibuk, yang kemudian bertemu dengan tetangganya seorang pria tua yang sangat santai dan super ceria. Sebuah kontras yang berujung cerita yang menakjubkan.
Saya selalu menganggap bahwa film ini adalah representasi nyata tentang apa yang terjadi di otak kita, yaitu pertarungan antara otak kiri yang saklek dan kritis dengan otak kanan yang kreatif dan penuh warna. Bagi orang dewasa, film ini akan mengingatkan kita untuk mempertahankan apa yang menjadi mimpi dan tujuan hidup saat kecil. Karena saat dalam keadaan terpuruk, kadang hanya itulah yang membuat kita bangkit dan semangat lagi.
11. Captain Fantastic (2016)
Film terakhir tentang pendidikan yang selalu terngiang di kepala saya adalah Captain Fantastic, dengan Viggo Mortensen yang berperan sebagai Ben, seorang ayah yang membesarkan anaknya jauh dari perkotaan. Ben membesarkan anaknya tidak dengan sistem pendidikan yang ada yang menurut dia tidak efektif. Dia membesarkan semua anaknya dengan pendidikan ‘hutan’ ala dia sendiri; mengajarkan anak untuk berburu, menguliti binatang, bertarung, memanjat tebing, ragam macam bahasa, hukum, hingga fisika dan kimia.
Terdengar mustahil bukan? Tapi inilah yang diperlihatkan oleh film Captain Fantastic ini, bagaimana seorang ayah yang sudah menyerah dengan sistem pendidikan, norma, dan cara hidup masyarakat yang sudah rusak. Ben kemudian mendidik anak-anaknya dengan sistem pendidikan yang dia buat sendiri, mendoktrin anaknya untuk hidup sepenuhnya dari alam tanpa adanya campur tangan produk-produk buatan sistem kapitalis.
Hasilnya, anak-anak Ben punya pengetahuan yang sangat jauh lebih luas dibandingkan anak pada umumnya. Mereka sudah belajar banyak bahasa, mengerti konstitusi sedari kecil dan punya ketahanan tubuh yang kuat sekaligus mampu membela diri mereka sendiri. Hmm, apakah cara pendidikan seperti ini memang sebegitu efektif?
Yang jelas, setiap film pendidikan punya kekuatan masing-masing tergantung dari perspektif mana cerita diambil. Saya tidak bisa bilang mana film pendidikan yang paling baik, tapi saya bisa mengatakan kalau semua film yang sudah saya sebutkan di atas akan memberikan penontonnya banyak pengetahuan tentang arti dan nilai dari sebuah pendidikan yang sesungguhnya. Selamat menonton!