Bedah Kelas Film Making Garin Nugroho di VCampus : Is It Worth It?

Ben Aryandiaz Herawan
7 min readJul 13, 2021

--

Ketika Visinema meluncurkan platform belajar VCampusID, jujur saya kaget sekaligus senang karena salah satu production house film favorit saya membuat inisiasi semacam ini. Awalnya saya berpikir kalau VCampus membuka platform belajar khusus untuk orang-orang yang ingin belajar dan masuk ke industri perfilman seperti saya. Mulai dari belajar bagaimana cara membuat script writing, sinematografi, dan hal-hal apa saja yang perlu kita pelajari ketika ingin membuat film.

Tapi ternyata, kelas yang ditawarkan oleh VCampus punya banyak ragam niche yang ditawarkan. Mulai dari fotografi, creative writing, hingga branding tersedia disini dengan mentor yang sudah sangat kredibel dan berpengalaman.

Oke, menarik. Tapi tentu pasti ada kelas untuk belajar film bukan?

Dan benar saja, ada satu kelas yang membahas tentang film making, mentornya adalah salah satu sutradara yang sudah sangat berpengalaman membuat film-film yang kental dengan budaya Indonesia: Garin Nugroho!

Nah sekarang pertanyaannya:

“Apakah kelas yang diberikan sepadan dan sesuai apa yang diharapkan?”

Mari Mulai Dari Impresi Pertama

Sebagai seorang yang sering bulak-balik menonton iklan Masterclass dari Malcolm Gladwell, David Mamet dan Neil Gaiman, saya sering masuk ke laman kelas mereka di Masterclass dan melihat bagaimana kurikulum belajar mereka sambil membayangkan pengetahuan apa saja yang sekiranya akan saya dapatkan.

Walaupun saya belum punya uang untuk membeli kelas mereka, entah kenapa saya tidak pernah bosan dengan tampilan laman kelas mereka yang ada di Masterclass. Mulai dari layout, pemilihan font, trailer yang ditampilkan, hingga penempatan UI selalu berhasil menggugah saya untuk menabung agar bisa memencet tombol “Get Started” dan membeli kelas mereka.

Apa yang saya rasakan ini berbanding terbalik ketika saya membuka laman kelas “The Art of Film Making” oleh Garin Nugroho di VCampus. Saya merasa heran, bingung, dan jujur malah membuat saya sedikit ragu untuk membeli kelas film making ini.

Mari kita bahas satu per satu, yang dimulai dari saat kita pertama kali masuk ke laman kelas:

Hal pertama yang membuat saya merasa terganggu adalah bagaimana trailer kelas dimulai secara otomatis dan tidak bisa dihentikan. Sebenarnya bisa sih menggunakan tombol space pada keyboard, tapi tidak ada UI yang terlihat untuk dapat menghentikan trailer tersebut. Tampilan trailer video yang ditampilkan pun terpotong seperti yang terlihat pada gambar di atas. Sebagai orang yang mau belajar film making di platform ini, tentu terasa aneh bukan?

Hal kedua yang menjadi perhatian saya adalah kurangnya informasi tentang kurikulum pelajaran yang akan kita pelajari. Tidak ada informasi tentang isi kelas membuat saya sebagai calon konsumen sedikit buta tentang pengetahuan apa saja yang akan saya dapatkan jika mengikuti kelas ini. Pendek kata, saya seperti merasa membeli kucing di dalam karung.

Sekarang, bandingkan dengan layout yang padat namun tetap sederhana dari Masterclass ini:

User experience yang saya dapatkan dari laman kelas Masterclass memang juara sih. Dalam satu kotak kecil ini, kita bisa mendapatkan sebanyak-banyaknya informasi tentang kelas yang ingin saya ikuti. Mulai dari penjelasan singkat tentang kelas secara keseluruhan, berapa total video, berapa jumlah jam pelajaran, hingga informasi singkat tentang apa saja yang akan dipelajari setiap kelasnya. Dan tidak hanya itu, kita juga bisa melihat trailer dan sample dari kelas tersebut hanya dengan satu klik.

Informasi tentang kelas yang sangat detail dan mudah diakses inilah yang membuat sangat ingin mengikuti kelas tersebut. Biarpun saya tahu saya tidak punya uang, tapi keinginan yang menggebu-gebu untuk mengikuti Masterclass tetap saya rasakan dan seakan tidak pernah pudar berkat kombinasi UI dan UX yang ciamik.

Jujur saja, ketimpangan user experience yang saya rasakan antara platform VCampus dan Masterclass ini sedikit membuat saya ragu untuk mengikuti kelas dari Garin Nugroho ini. Dengan minimnya informasi tentang apa saja isi kelas yang diberikan, saya beneran banyak bertanya dalam hati:

“Apakah saya akan mendapatkan pengetahuan yang saya inginkan dan saya butuhkan dengan mengikuti kelas ini? ”

Tapi karena saya kekeuh pengen belajar dari salah satu sutradara legenda dari Indonesia ini, kelas pun saya beli — dibayarin WatchmenID tepatnya — ditambah diskon voucher sebesar 50 ribu menggunakan kode promo VCAMPUSIDBARU.

Sekarang, saatnya kita membedah pengalaman dan pengetahuan tentang apa saja yang saya rasakan ketika mengikuti kelas Garin Nugroho dari VcampusID ini. Bismillah!

The Art of Film Making by Garin Nugroho

Perlu diingat sebelumnya, ketika saya memutuskan membeli kelas The Art of Film Making oleh Garin Nugroho ini, saya memposisikan diri sebagai seorang awam yang benar-benar tidak tahu harus belajar apa saja untuk membuat sebuah film.

Saya ingin tahu bagaimana cara menyusun dan membuat naskah untuk pertama kali, apa saja yang harus dilakukan dan skill yang harus dimiliki untuk menjadi seorang sutradara, serta apa saja proses yang harus saya lakukan untuk bisa menjadi sutradara film. Saya membutuhkan sebuah pelajaran teknis secara bertahap dari A ke Z tentang bagaimana menjadi seorang sutradara film, mulai dari proses pembuatan cerita hingga paska produksi film.

Pendeknya, saya — sebagai orang awam yang ingin belajar menjadi seorang sutradara film — lebih membutuhkan pelajaran how to action yang sifatnya mengajak untuk melakukan sesuatu yang jelas dan kongkrit daripada how to become yang sifatnya menginspirasi dan lebih normatif.

Tapi sayangnya, saya pribadi merasa tidak mendapatkan pengetahuan teknis tersebut di kelas ini. Menurut saya, porsi pelajaran how to action lebih sedikit dibandingkan pelajaran how to become. Hal ini malah membuat kelas ini kurang bisa menjelaskan step-by-step proses kreatif dari Garin Nugroho secara detail dan mendalam seperti apa yang saya harapkan sebelum membeli kelas ini.

Dari 11 kelas film making yang diberikan, ini proporsi kelas how to action dan how to become yang saya rasakan:

  • 8 kelas how to become berupa pengalaman pribadi dari Garin Nugroho
  • 1 kelas how to action yang memberikan informasi secara umum
  • 2 kelas how to action yang memberikan step-by-step yang cukup detail

Kebanyakan materi yang diberikan bersifat how to become ini membuat saya bingung dan malah bertanya di dalam hati ketika selesai mempelajari semua kelasnya:

“Lalu, apa yang saya harus lakukan pertama kali untuk menjadi seorang sutradara film?”

Kesimpulan yang saya dapatkan adalah kelas yang diberikan masih bersifat satu arah dan terasa normatif, sehingga kurang bisa menggugah rasa keinginan saya untuk mulai maju dan mulai berkarya menjadi seorang sutradara. Yang saya rasakan hanyalah seperti mengikuti webinar pada umumnya, dimana saya hanya menghimpun pengetahuan yang saya dapatkan dan perlahan dilupakan, entah kapan akan saya coba praktekan.

Tidak ada keinginan yang menggebu-gebu, karena jujur saya tidak tahu harus mulai dari mana untuk menjadi sutradara film.

Fasilitas workbook yang diberikan sebagai panduan dan sarana latihan yang kita dapatkan juga saya rasa tidak terlalu banyak membantu. Workbook yang saya terima rasanya malah seperti kertas ujian, bukan sebagai sebuah alat untuk mendorong kita mencoba mempraktikan apa yang sudah kita pelajari. Salah satu contohnya, sheet latihan dari Chapter 2 yang membahas tentang jenis sutradara-sutradara dibawah ini:

Pertanyaan yang diberikan terasa normatif, bukan?

Padahal yang saya harapkan bukan pertanyaan yang menurut saya sangat-sangat-sangat standar seperti ini. Saya akan lebih semangat mengisi lembar latihan ini jika pertanyaan diubah menjadi:

  • Dari ketiga jenis sutradara yang sudah dijelaskan, mana jenis sutradara yang cocok dengan pribadimu?
  • Apa terobosan ide yang ingin kamu coba jika menjadi sutradara auter?
  • Jika kamu dipilih untuk membuat film sebagai sutradara industri, hal apa saja yang akan kamu lakukan untuk membuat film yang berkualitas?

Pertanyaan-pertanyaan seperti inilah yang menurut saya akan membuat pembelajar semangat untuk menjawab, karena kita diberikan ruang kebebasan untuk mengemukakan opini dan pendapat dari apa yang sudah kita pelajari sebelumnya. Bukan hanya sekedar mengingat apa yang sudah kita lihat dan dengar saja.

Dengan kata lain, workbook dan latihan yang diberikan seharusnya lebih fokus mengajak pembelajar untuk berinteraksi dengan pelajaran.

Saya yakin orang-orang yang mengikuti kelas film making ini pasti sudah memiliki ide film yang ingin mereka buat. Namun karena belum memiliki pengetahuan dan pengalaman, mereka tidak tahu harus mulai dari mana.

Nah, menurut saya workbook yang diberikan sebenarnya bisa didesain sedemikian rupa sehingga ketika kelas berakhir, workbook tersebut bisa menjadi buku panduan tentang apa saja yang harus dilakukan untuk membuat ide film yang kita punya menjadi nyata. Mulai dari bagaimana cara mengembangkan ide film tersebut, siapa saja yang harus diajak berkolaborasi, bagaimana mencari pendanaan, dan-hal-hal teknis lain yang dapat kita ukur dan kita lakukan secara bertahap.

Inilah yang saya harapkan ketika saya mengikuti kelas film making ini. Saya berharap saya mendapatkan pengetahuan step-by-step yang detail bagaimana membuat ide film bisa saya menjadi nyata.

Sayangnya, saya tidak mendapatkan apa yang saya harapkan.

Jika boleh memberi saran, ada satu hal krusial yang menurut saya bisa dilakukan untuk meningkatkan kualitas dari kelas yang diberikan: subtitle.

Tidak hanya digunakan untuk memperjelas materi kelas yang diberikan, subtitle juga akan membuat setiap kelas yang diberikan oleh VCampus terasa inklusif, dimana orang-orang yang memiliki masalah pendengaran bisa mengikuti kelas dengan mudah. Siapa tahu berkat subtitle ini VCampus dapat melahirkan sutradara ternama walaupun punya keterbatasan, bukan?

Sekarang kembali ke pertanyaan pertama, apakah kelas ini sepadan dan sesuai yang diharapkan?

Seperti yang sudah saya jelaskan sebelumnya, kelas film making oleh Garin Nugroho ini tidak memberikan pengetahuan yang saya harapkan. Tapi dengan harga sebesar Rp55.000 Rupiah (atau Rp125.000 tanpa diskon) saya dapat bilang kalau kelas ini sangat sepadan dengan harga yang ditawarkan. Gila, dimana lagi kita bisa belajar ama sutradara legenda Indonesia kurang dari 150 ribu aja?

Saya tidak bilang kalau kelas ini jelek, tidak sama sekali. Pengetahuan yang diberikan sangat berkualitas dan memang sangat dibutuhkan ketika kita mau belajar menjadi sutradara film. Hanya saja, output yang saya harapkan ternyata berbeda dengan output yang diberikan oleh VCampus. Sesederhana itu.

Dan tentu saja apa yang menjadi standar saya tentu akan berbeda dengan standar orang lain. Jangan biarkan ulasan bedah kelas yang saya buat ini malah membuat kamu enggan untuk membeli kelas film making dari Garin Nugroho ini. Saya tekankan lagi, kelas ini sangat sepadan dengan harga yang ditawarkan, apalagi jika kamu menggunakan voucher diskon.

Selamat belajar menggunakan VCampus!

--

--

Ben Aryandiaz Herawan
Ben Aryandiaz Herawan

Written by Ben Aryandiaz Herawan

Ars Longa, Vita Brevis. Currently writing what's tangling in my mind.

No responses yet