Alfred J. Pennyworth : Sang Pemenang Tanpa Layar
Ada satu hal yang menarik yang pernah saya alami. Pada tahun 2017, saya mengirimkan CV pada semua lamaran kerja yang bergerak di bidang jasa internet. Saya sudah lolos pada tahap pertama, dan masuk ke tahap kedua yaitu wawancara via Skype.
Sang pemberi wawancara lalu memberikan serangkaian pertanyaan, mulai dari pengalaman kerja saya, ijazah terakhir, apa hobi yang biasa saya lakukan, dan pertanyaan standar lainnya. Saya jawab semua dengan lancar dan percaya diri, sampai akhirnya sang penanya memberikan satu pertanyaan terakhir :
“Akan jadi apa Anda 10 tahun kedepan?”
Saya tertegun sekejap. Saya mencoba berpikir, mencoba merangkai kata-kata yang mengesankan kalau saya adalah seorang pria yang visioner, berani menghadapi tantangan dan punya target yang tinggi namun tetap realistis. Setelah diam sekian detik, saya langsung tersenyum dan mantap menjawab :
“Saya pikir saya akan menjadi butler, menjadi pembantu seseorang agar dia bisa menjadi sukses dan punya nama”
Ya, saya menjawab ini dengan sadar karena sebelum wawancara, saya sedang membaca wiki dari Alfred J. Pennyworth dan memutuskan akan menjadi dirinya di masa depan. Saya jelas tidak diterima di pekerjaan tersebut mengingat jawaban yang terkesan asal-asalan. Tapi biarlah, sekarang saya menemuka sebuah role model dan ideologi baru yang saya dapatkan dari Alfred J. Pennyworth.
Saya harap ketika selesai kalian membaca tulisan ini, kalian akan merasakan satu hal yang sama seperti apa yang saya rasakan : bahwa tidak selamanya pemenang itu berada di nomor satu.
Alfred, Pria Sejuta Pengalaman
Lahir dengan nama Alfred Beagle di Inggris, Alfred adalah seorang pelayan yang sudah melayani Keluarga Wayne sedari dulu bahkan sebelum Bruce Wayne Sang Batman lahir. Banyak orang tahu kalau Alfred adalah ‘seorang’ pesuruh bagi Batman, tapi tidak banyak tahu kalau Alfred punya masa lalu yang penuh dengan petualangan dan kemampuan yang mengejutkan.
Alfred adalah seorang anggota dari British Royal Air Force, dimana di beberapa komik kita bisa melihat tanda berupa tato yang hanya bisa dimiliki oleh mereka yang bergabung. di trilogi Dark Knight dan Batman vs Superman, kita juga bisa melihat Alfred menyetir Batwing untuk sementara waktu dan terlihat santai tanpa kebingungan.
Beberapa komik juga memperlihatkan kalau Alfred adalah seorang mata-mata, mekanik, detektif bahkan seorang ahli bedah yang sampai sekarang kemampuan ini pun masih dipakai, yaitu menjahit luka bekas pertarungan dari Sang Batman, Bruce Wayne. Kemudian setelah pensiun dari petualangannya sebagai tentara, dia mencoba peruntungan menjadi seorang aktor dan setelahnya banting setir menjadi pengajar di MI5, lembaga intelejen milik Kerajaan Inggris.
Alfred kemudian berhasil melaksanakan misi spesial yang membuatnya diangkat masuk ke agensi rahasia MI7, sampai akhirnya harus pensiun dan pindah ke Amerika Serikat dengan identitas yang baru menjadi Alfred Pennyworth. Saat dia berada di Amerika Serikat inilah dia bekerja sebagai butler atau pelayan, menjaga tradisi keluarganya sebagai pelayan setia keluarga Wayne.
Ya, dibalik penampilannya sebagai orang tua yang manut dengan keluarga Wayne, Alfred Pennyworth sebenarnya adalah seorang lelaki perkasa yang penuh dengan pengalaman. Sifatnya yang selalu tenang, tidak pernah panik, selalu mengutamakan Keluarga Wayne membuatnya semakin terlihat berpengalaman. Apalagi setelah kita tahu kalau Alfred yang meskipun merupakan karakter minor mendapatkan banyak sekali ‘kejutan’ di cerita komiknya.
Alfred, seorang pelayan pria mampu berhadapan, bertarung, dan menang melawan Superman. Alfred memukul, menghujam, dan menyudul Superman hingga berdarah parah di komik Injustice : Gods Among Us saat Batman terluka akibat diserang oleh Superman. Berkat pil nanotech yang membuatnya punya kekuatan super, dia menghabisi Superman layaknya Doomsday.
Dan ga cuman itu lho, Alfred Sang Pelayan juga kerap kali membuat kejutan yang tidak kalah heboh di beberapa komiknya. Sering kali Alfred melepaskan sifat khasnya yang sangat tenang, menjadi bayangan bagi Batman dan mengesankan kalau dia adalah orang tua yang lemah. Dia menjadi Alfred yang setia pada Bruce Wayne, yang secara harfiah mau melakukan apa saja demi kebahagiaan Keluarga Wayne bahkan bisa dibilang hingga diluar batas logika.
Di komik Legends of Dark Knight, Alfred melakukan satu hal yang membuat Batman mengulangi peristiwa traumatis dalam hidupnya; ketika Martha dan Thomas Wayne dibunuh. Alfred membuat reka ulang adegan ini untuk menyadarkan Bruce Wayne bahwa dia masih seorang manusia, yang punya rasa takut dan trauma yang tidak mungkin hilang seumur hidup. Bisa kalian bayangkan, bagaimana perasan Bruce Wayne ketika harus mengulang kejadian yang paling sakit dalam hidup kita?
Alfred di komik Whatever Happened to The Caped Crusader? melakukan hal yang jauh lebih gila demi Bruce Wayne. Di komik ini, Batman menjadi depresi karena semua penjahat atau rogue gallery yang menjadi tujuan hidupnya sudah mati. Bruce Wayne menjadi depresi, kesehatan mentalnya sangat terganggu dan hilang kepercayaan diri bahkan untuk melawan kriminal kecil sekalipun. Demi melihat ‘anak’ kesayangannya merasa hidup kembali, dia menyewa banyak aktor untuk menyamar sebagai musuh-musuh ikoniknya seperti Penguin, Bane, Poison Ivy, hingga Mr. Freeze. Alfred sendiri yang punya pengalaman dan bakat sebagai aktor menyamar sebagai The Joker, musuh bebuyutan Batman yang selama ini menjadi tujuan hidupnya.
Ya, loyalitas Alfred memang tidak ada duanya. Dia rela melakukan apa saja agar Keluarga Wayne tetap bahagia, bahkan diluar batas nalar.
Kelebihan Alfred J. Pennyworth bukanlah sifat tenang, bukan pembantu Keluarga Wayne sedari dulu, bukan juga kehadiran dia sebagai pelayan pribadi Batman. Kekuatan utama yang dimiliki oleh Alfred adalah loyalitas tanpa batas yang menembus batas logika, yang membuatnya sempurna untuk menjadi bayang-bayang seorang superhero seperti Batman.
Alfred, jika dimasukan kedalam kategori karakter dalam sebuah cerita, adalah tipe karakter mentor yang tugasnya membimbing dan mengeluarkan potensi dari karakter utama. Dia bertugas mendorong, memprovokasi, membantah, mendukung, dan menguji sifat dari karakter utama agar ‘nilai’ yang dipunyai keluar dan dapat jelas dengan terlihat. Karakter mentor, bertugas untuk memoles dan membentuk karakter utama, memperlihatkan nilai-nilai ideologi dan prinsip yang dimilikinya sambil membentuk persepsi yang kuat secara emosional pada pembacanya. Tanpa karakter loyal seperti Alfred, mustahil kita bisa melihat karakter dengan backstory dan prinsip ideologis yang kuat seperti Batman alias Bruce Wayne.
Sebuah peran yang sangat penting bukan?
Mengingat begitu banyak pengalaman dan kemampuan yang dimiliki oleh Alfred, bukankah sebenarnya dia pantas mendapatkan layar yang sama seperti karakter superhero lainnya?
Tidak, hal tersebut tidaklah perlu. Alfred adalah pemenang, namun bukan di layar yang sama dengan Bruce Wayne, Clark Kent, atau Diana Prince. Alfred bukanlah seorang karakter yang bersinar dibawah sinar lampu di tengah panggung. Alfred, adalah jenis karakter yang bersinar di dalam kegelapan sambil mendorong orang lain untuk masuk dan bersinar di tengah panggung.
Dia adalah pemenang dalam kategorinya sendiri, yaitu pemenang dalam membuat orang lain menang.
Optimal Dalam Maksimal
Saat saya kuliah dulu, ada satu pelajaran yang selalu saya ingat di mata kuliah Pengantar Manajemen. Kelas dibuka dengan pertanyaan sederhana; apa perbedaan dari kata ‘optimal’ dengan ‘maksimal’. Saya sendiri pun bingung dan tidak tahu apa perbedaan dari kata ini sejujurnya. Sampai akhirnya, sang dosen pun menjelaskan dengan kalimat sederhana.
“Maksimal adalah titik paling tinggi, optimal adalah titik paling baik”
Titik maksimal adalah keadaan dimana suatu standar berada di titik yang paling tinggi. Sedangkan titik optimal adalah keadaan dimana suatu keadaan berada di titik paling baik atau optimum, atau titik yang paling efektif dan efisien dalam segala hal. Maksimal memang titik yang paling tinggi, tapi bukan berarti titik yang paling baik atau paling efektif dan efisien.
Disinilah kebanyakan orang salah kaprah, sering kali orang menganggap titik maksimal yang paling tinggi adalah titik yang paling baik. Padahal tidak selalu seperti itu, tidak selamanya titik maksimal adalah titik yang paling optimal. Bisa jadi titik jika satu hal mencapai titik maksimal semuanyanya akan menjadi tidak efektif, seperti terjadi pemborosan dimana-mana misalnya.
Nah, kenapa saya berbicara tentang titik maksimal dan optimal?
Karena Alfred, sejatinya adalah personifikasi dari karakter yang sudah mencapai titik optimal.
Jika titik maksimal Alfred dalam suatu cerita adalah menjadi karakter utama seperti Batman, Superman atau Wonder Woman, maka titik optimalnya adalah menjadi karakter pembantu seperti yang dilakukannya sekarang, menjadi butler bagi keluarga Wayne sejak dulu. Alfred tidak perlu memaksakan diri, merubah kepribadian demi mencapai titik maksimal seperti yang diinginkan banyak orang. Dia sudah mencapai titik optimal, titik paling efektif dan efisien dimana dia bisa berkontribusi paling banyak dalam sebuah cerita.
Dan percaya atau tidak, inti karakter dari Alfred bisa kita temukan di dunia nyata. Dia ada di dalam seorang pemain basket yang bernama Shane Battier, lahir pada 9 September 1978 dan bermain untuk Vancouver Grizzlies pada tahun 2001.
Shane bukanlah pemain bintang seperti rekan timnya, LeBron James yang digadang-gadang sebagai pemain paling hebat dekade ini. Dia tidak memiliki tubuh yang super atletis, tidak memegang tanggung jawab yang penting dalam tim, dan tidak jarang dia duduk di bangku cadangan. Tapi meskipun demikian, statistik pertandingan memperlihatkan kemampuan Shane yang sebenarnya. Setiap kali dia bermain dilapangan, dia mampu meningkatkan performa rekan satu timnya dengan signifikan.
Shane mampu menjadi moral support yang baik bagi rekan timnya, sekaligus menjadi advicer atau pemberi saran bahkan untuk pemain bintang sekalipun. Dia menjadi anggota tim yang selalu berusaha memberikan yang terbaik untuk tim, bukan untuk dirinya sendiri. Dia tidak membutuhkan gelar bintang, dia tidak membutuhkan panggung untuk bersinar, dia tidak membutuhkan namanya disoraki saat memasukan bola. Shane hanya ingin timnya menang, dengan cara memberikan manfaat dan kontribusi paling banyak
Dan tahu kebetulan apa yang membuat saya kagum?
Shane dilatih menggunakan strategi kepemimpinan yang bernama “The Butler Way”
The Butler Way adalah strategi yang dibuat oleh pelatih legendaris, Tony Hinkle. Strategi yang kaya akan nilai filosofis ini dijadikan tim Butler Bulldogs sebagai inti dari setiap apa yang mereka lakukan. Hasilnya tidak tanggung-tanggung, The Butler Way menjadikan Butler Bulldogs sebagai salah satu program mid-major terbaik di Amerika Serikat.
Ada lima prinsip dasar yang dimiliki oleh The Butler Way, yaitu:
- Humility — Tahu siapa diri kita, baik kekuatan dan kelemahan.
- Passion — Jangan menjadi biasa, komitmen untuk menjadi yang terbaik.
- Unity — Jangan memisahkan rumah kita, utamakan tim.
- Servanthood — Bantu tim menjadi lebih baik, pimpin dengan memberi.
- Thankfulness — Belajar dari segala situasi.
Jika kita lihat dari prinsip di atas, The Butler Way jelas adalah esensi inti dari karakter Alfred J. Pennyworth. Dia tahu siapa dirinya, dia tahu kekuatan yang membuatnya optimal dan kelemahan yang dimilikinya. Dia berkomitmen untuk membantu Bruce Wayne sebaik mungkin, selalu membuatnya lebih baik, dan terus memberikan bantuan moral saat dibutuhkan.
Dan bagi saya pribadi, 5 kualitas di atas adalah kualitas ideal seorang pemenang yang sebenarnya. Tidak peduli jika dia berada di nomor 2, nomor 5, atau nomor sekian, menjadi pemenang adalah soal memberikan manfaat yang paling banyak bagi semua orang. Bukan soal tampil di tengah panggung menerima penghargaan.
Alfred dan The Butler Way mengajarkan kita untuk melihat kembali potensi diri yang kita miliki, melihat dimana titik optimal kita, sekaligus menghilangkan ego merusak yang berbentuk rasa sombong dan bangga hanya pada diri sendiri.
Jika kita mampu membentuk diri menjadi seorang Alfred, kita akan tahu kalau menjadi pemenang bukanlah soal tampil di tengah panggung.