About Time (2013) : Sebuah Drama Romantis Paling Komplit
Kalau mendengar kata film romantis, apa kesan pertama yang muncul di benak kalian? Pasti tidak jauh dari masalah pasangan, cinta-cintaan, dan pelukan, ciuman, dan kasih sayang bukan? Pasti kamu juga sudah membayangkan adegan romantis berhujan ria antar dua orang kekasih, saling menatap jiwanya masing-masing.
Ya, saya juga merasakan hal yang serupa setiap kali mendengar kata film romantis. Rasanya terlalu lebay, ga mungkin kejadian di dunia nyata dan bikin saya sedikit ill-feel dengan film romantis. Kurang suka aja, pasti ceritanya begitu-begitu aja, ga berbobot dan udah pasti ketebak ending nya gimana.
Tapi setelah melihat film About Time yang dibuat oleh Richard Curtis dan dibintangi oleh Domhnall Gleeson, Rachel McAdams, dan Bill Nighy, definisi romantis yang selama ini saya anut berubah menjadi jauh lebih luas, lebih dalam, dan lebih berarti. Ga percaya? Sini saya ceritakan secara lengkapnya!
Memberikan Definisi Romantisme Yang Berbeda
Selama ini saya selalu berpikir kalau romantisme hanyalah masalah cinta-cintaan antar dua orang sejoli yang saling mengasihi. Bagaimana tidak, sedari kecil saya sudah disuguhi oleh film-film romantisme cinta tingkat tinggi seperti Romeo & Juliet, Titanic, Pretty Woman hingga The Notebook. Plotnya pun sangat standar, persis seperti sebuah kutipan dari film Don Jon :
“The pretty woman, the pretty man, the first kiss, the break up, the make up, they drive off into the sunset. Everyone knows it’s fake but they watch it like it’s real life”
Belum lagi banyak sekali adegan romantis yang jarang banget ada di dunia nyata, seperti pelukan sambil hujan-hujanan, pertemuan romantis ditengah jalan, dan hal-hal yang kurang masuk akal lainnya. Pokoknya, film romantis udah identik banget deh sama drama cinta yang lebay.
Tapi kamu tidak menemukan hal tersebut di film About Time ini. Romantisme yang diperlihatkan sama sekali ga berlebihan, tapi terlihat jauh lebih luas, lebih dalam, dan benar-benar membuat penonton merasakan arti cinta yang sesungguhnya.
Tidak seperti film-film drama romantis yang menurut saya terlalu banyak mendramatisir sebuah hubungan, About Time lebih mengeksplorasi sisi romantisme yang lebih sederhana, tapi lebih intim dan jauh lebih dalam hingga bisa dirasakan oleh penonton.
Plot mencari cinta sejati memang sering kali digunakan banyak drama romantis, mulai dari cinta pada pandangan pertama hingga berujung pada happy ending yang menyiratkan happily-ever-after. Sebuah hal yang sungguh tidak mungkin terjadi di dunia nyata.
Tapi di film ini, kita melihat karakter Tim yang harus bersusah payah mencari cinta sejatinya. Mulai dari penolakan pertama, timing waktu yang tidak pas, hingga kekecewaan saat cinta sejatinya sudah memiliki pasangan lain. Sangat mungkin terjadi di dunia nyata bukan?
Dan begitu Tim mendapatkan cinta sejatinya — Mary — dia tidak lantas memadu cinta dengan drama yang terlalu romantis dan berlebihan. Tim mulai dengan sebuah makan malam, berjalan lama menyusuri kota sambil tertawa, berciuman kecil dan memadu kasih dengan sangat lembut untuk pertama kalinya.
Inilah yang saya sebut romantisme yang lebih dalam, karena terasa jauh lebih intim, lebih sederhana, lebih detail dan dapat dibayangkan secara realistis. Efeknya, romantisme yang diperlihatkan terlihat terasa begitu manis, pas, dan tidak berlebihan sama sekali.
Memperlihatkan Sisi Romantisme Yang Lain
Definisi romantisme yang sudah lekat dengan cerita cinta dua sejoli sering kali menutup definisi cinta yang lain, salah satunya yaitu romantisme cinta dengan anggota keluarga. Bisa itu cerita kasih sayang antar orang tua dan anak, atau seorang saudara dengan saudara lainnya.
About Time memang sebenarnya tidak berfokus pada romantisme antar Tim dan Mary saja, tapi juga antar Tim dan keluarganya. Di film ini kita diperlihatkan sebuah hubungan ideal yang sangat harmonis antara Tim dengan sang ayah , yang diperankan dengan brilian oleh Bill Nighy.
Jujur saja ya, cerita cinta dan romantisme antara Tim dan sang ayah benar-benar terlihat realitis dan menguras emosi. Saya bisa merasakan dengan betul cinta seorang ayah pada anaknya, mulai dari rasa was-was, memberikan wejangan, perhatian, kasih sayang hingga salam perpisahan.
Hubungan antara Tim dan sang ayah memang sudah dibangun sedari awal, membuat pondasi emosi yang kuat menancap di benak penonton. Akting dan chemistry antara Dom dan Bill pun sangat serius, saking seriusnya saya bahkan menangis ketika Tim harus mengatakan selamat tinggal selamanya pada sang ayah. Rasa sedihnya beneran kerasa, sangat-sangat terasa.
Hal yang serupa juga dapat kita rasakan ketika kita diperlihatkan hubungan yang begitu dalam dengan sang adik, Kit Kat. Ada satu kejadian yang membuat sang adik terluka, sehingga mengharuskan Tim kembali menjelajahi waktu untuk merubah segalanya. Di saat inilah, kita akan merasakan rasa takut yang begitu dalam dari seorang kakak yang hampir saja kehilangan adiknya.
“When did you get so serious?”
“Since it occurs to me that I might lose you”
Scene antara Tim dan adiknya Kit Kat sebenarnya sangatlah singkat, hanya sekitar 10 menit. Tapi meskipun demikian, kita bisa merasakan setiap rasa takut, rasa sedih, dan rasa tidak nyaman yang ditunjukan oleh Tim dan Kit Kat setelah mengetahui apa yang akan terjadi di masa depan. Saya pikir About Time satu-satunya film yang dapat mengeksplorasi rasa cinta dan kasih sayang antara saudara dengan benar dan terbilang realistis.
Dari semua hal yang sudah saya ceritakan di atas, sedikit banyak sudah dapat menjelaskan kalau About Time bukanlah film romantis biasa yang penuh dengan adegan yang terlalu didramatisir. About Time lebih terasa sebagai film realita, setiap scene dan kejadian sangat bisa terjadi — tanpa campur tangan Tim tentunya — oleh siapapun, kapanpun dimanapun. Selebihnya, masih banyak detail-detail yang jauh lebih menarik yang bisa kamu temukan saat menonton film ini.
Sisi romantisme yang dieksplorasi tidak hanya melulu soal cinta-cintaan, tapi lebih pada rasa kasih sayang antar manusia yang mungkin kita rasakan setiap harinya. Plot cerita pun komplit, mencakup keluarga, pasangan, teman, hingga arti dari kehidupan. Semuanya diceritakan dengan sederhana, begitu intim, begitu manis, dan begitu melekat dan berkesan di hati penontonnya. Setidak, itu sih yang saya rasakan.
Kalau kamu?