10 Jenis Film Menarik Buat Kamu Yang Merasa Kurang Referensi

Ben Aryandiaz Herawan
9 min readOct 23, 2018

--

pinterest.com

Orang awam mungkin akan menganggap film hanyalah hiburan semata, cuma tontonan untuk sekedar mengisi waktu luang. Tapi bagi para cinephile, mereka biasanya akan masuk lebih kedalam untuk menikmati setiap detail cerita pada sebuah film. Mereka mencari esensi dari plot dan karakter yang ditampilkan, sembari terus mencari ‘rasa’ baru yang belum pernah ditemukan sebelumnya.

Saya pun demikian, selalu berusaha mencari sebuah pengalaman yang baru setiap kali menonton sebuah film. Saya mencoba mencicipi beragam jenis film dengan genre yang jarang diketahui orang lain, dengan harapan bisa merasakan apa yang dikatakan banyak orang sebagai eyegasm.

Oke, mungkin kata eyegasm terlalu hiperbola. Tapi yang jelas 10 jenis film ini selalu punya nilai intristik yang unik dan asik untuk dinikmati :

1. Absurdist

pinterest.com

Absurdist, sebuah jenis film yang hampir selalu membuat saya kebingungan saat menontonnya. Film jenis ini memang sebenarnya bertujuan untuk menceritakan sebuah seting yang absurd, yang jauh dari kata logis, dan kadang punya nilai cerita yang membuat penonton tidak nyaman. Dengan kata lain, film ini akan terlihat aneh dari segala macam aspek.

Film jenis ini biasanya fokus pada karakter yang sudah putus asa dan tidak mempunyai tujuan hidup. Karakter utama biasanya akan melakukan beragam macam cara untuk keluar dari rasa putus asa ini, walaupun sebenarnya kita tahu hal tersebut tidak akan pernah terjadi. Sensasi pesimisme, pasrah pada nasib, dan nilai filosifis yang membingungkan biasanya menjadi ciri khas dari film jenis ini.

Ada beberapa film absurdist yang sudah pernah saya tonton dan menarik untuk dinikmati, mulai dari The Lobster (2015), Synecdoche, New York (2008), Zero Theorem (2013), Melancholia (2011), dan Tree of Life (2011). Dan percayalah, dahi saya selalu berkerut setiap kali menonton film-film jenis ini.

2. Non-Conventional Horror

pinterest.com

Meskipun sebenarnya saya tidak pernah tertarik untuk menonton film horror, ada kalanya saya ingin menikmati cerita non-konvesional yang berbeda dari film horror pada umumnya. Non-konvensional disini berarti film horror itu unik dari segi cerita atau pengambilan gambar dan tidak hanya mengandalkan jumpscare atau hantu dan monster seram sebagai nilai jual filmnya.

Saya pribadi sangat menyukai film horror yang menggunakan ambience dan suspense pada plot cerita sebagai nilai utama. Saya suka saat penonton selalu dibuat penasaran dan menahan napas setiap saat, sembari konstan memberikan rasa tidak nyaman sepanjang film. Bagi saya, ini sebuah pengalaman menonton yang selalu membuat saya kagum dan tersenyum ketakukan.

Karena alasan inilah saya menyukai beberapa film horror non-konvensional seperti A Quiet Place (2018), Annihilation (2018), Funny Games (1997), The Village (2004), The Shining (1980), Don’t Breath (2016), The Witch (2016), Enemy (2013), Burried (2010), dan Europa Report (2013).

3. Point Of View (POV)

pinterest.com

Banyak orang bilang kalau film point-of-view adalah film yang membosankan, terutama bagi mereka yang begitu mengagungkan elemen sinematografi dalam sebuah film. Padahal kalau kita lihat, film POV dapat memberikan sensasi dimana penonton dipaksa ‘masuk’ dan ikut merasakan apa yang karakter utama rasakan. Sebuah sensasi yang jarang kita temui di format film mainstream.

Karena memang bagi saya pribadi, plot dan inti cerita mengalahkan sinematografi atau elemen lainnya dalam sebuah film. Biasanya film yang menggunakan point-of-view ini punya cerita yang unik dan selalu bisa memberikan saya sebuah pengalaman menonton yang baru. Apalagi kalau film POV tersebut bergenre horror, entah kenapa rasa takut yang ditampilkan meningkat berkali lipat.

Film POV yang terkenal mungkin sering kali dibuat menggunakan hand-held camera, seperti film Cloverfield (2008), The Blair Witch Project (1991), Quarantine (2008), Chronicle (2012), End of Watch (2012) dan REC (2007). Ada juga yang lebih unik, menggunakan teknik first-person seperti Hardcore Henry (2015) atau floating camera seperti yang digunakan pada film Enter The Void (2009). Serius, dua film ini keren banget sumpah!

4. One-Room Set

pinterest.com

Sebagai penikmat film yang doyan dengan narasi dan dialog antar karakter, film yang berjenis one-room set ini merupakan salah satu tipe film favorit saya. 90% cerita film hanya berlatar pada satu ruangan saja, yang biasanya terjadi dalam satu waktu dan penuh dengan interaksi antar karakter.

Jenis film seperti ini secara tidak langsung akan membuat penontonnya fokus dengan setiap detail yang diperlihatkan oleh para karakter. Ekspresi, mimik muka, nada suara, gerak tubuh, kostum, dandanan, hingga sifat, motivasi dan ideologi karakter akan terlihat begitu jelas dalam film jenis ini. Mungkin bagi kebanyakan orang membosankan, tapi entah kenapa saya begitu menikmati memperhatikan setiap detailnya.

Beberapa film jenis ini menjadi all-time favorite yang hampir selalu saya tonton ulang, seperti The Hateful Eight (2015), The Man From Earth (2007), Misery (1990), 12 Angry Men (1957), Phonebooth (2002), Carnage (2011), Devil (2010), dan Exam (2009)

5. Utopia & Distopia

pinterest.com

Utopia dan distopia sebenarnya jenis film yang umum digunakan banyak sutradara, namun entah kenapa banyak orang tidak mengetahui esensi dari ceritanya. Utopia adalah jenis film yang memperlihatkan seting dunia yang ideal, yang terlihat begitu sempurna dari permukaan. Tapi begitu penonton menyelami plot cerita lebih dalam, akan terungkap bahwa ada begitu banyak pengorbanan yang sangat besar untuk mewujudkan dunia sempurna tersebut.

Sedangkan distopia berlaku kebalikannya, dimana seting cerita dibuat menyedihkan, serba tidak nyaman, selalu merasa tidak aman dan sangat dengan kematian. Seting film ini biasanya menggunakan cerita dari satu orang karakter yang kontras dengan seting cerita dan mencoba keluar dari dunia distopia ini.

Kamu bisa melihat film utopia menarik seperti Gattaca (1997), Her (2013), In Time (2011), Minority Report (2002), Pleasantville (1998), The Truman Show (1998), dan Tomorrowland (2015). Sedangkan untuk film distopia, beberapa film dengan plot menarik seperti Snowpiercer (2013), V for Vendetta (2005), Children of Men (2006), Akira (1988), 12 Monkeys (1995), CHAPPIE (2015), dan Dredd (2012).

6. Jerry Bruckheimer’s

pinterest.com

Jerry Bruckheimer sebenarnya bukanlah jenis film, tapi nama seorang produser besar yang punya andil dalam beberapa film terkenal. Lalu mengapa saya masukan nama beliau menjadi jenis film yang menarik? Karena memang ada beberapa pola dan kebiasaan yang sama yang terlihat dari film Jerry Bruckheimer’s; yaitu semacam perekrutan.

Film-film Jerry Bruckheimer’s biasanya bersifat petualangan, dimana karakter utama yang berjuang sendiri akan mengajak orang lain untuk ikut terlibat dalam petualangannya. Setiap orang yang ikut biasanya memiliki sifat dan karakter yang berbeda, yang jelas akan memberikan begitu banyak cerita dalam sebuah film.

Ga percaya? Coba lihat kesamaan film-film seperti Armageddon (1998), Con-Air (1997), Gone in Sixty Seconds (2000), Black Hawk Down (2001), King Arthur (2004), The Rock (1996) dan National Treasure (2004). Beberapa film favorit saya seperti Seven Samurai (1954), Spare Parts (2015), The Magnificent Seven (2016), King Arthur : The Legend of The Sword (2017) juga menggunakan tema yang serupa; dimana satu orang karakter utama akan melibatkan orang lain untuk bekerja sama dalam petualangannya.

7. Home Invasion

pinterest.com

Kamu pasti tahu bukan dengan film Home Alone yang hampir selalu ada di setiap hari libur? Ya, film tersebut adalah jenis film home invasion, yang biasanya menceritakan tentang kedatangan tamu tak diundang kedalam satu rumah. Walaupun Home Alone berbentuk komedi, tapi masih masuk dalam kategori ini kok.

Alasan saya memasukan jenis film home invasion ini karena masih banyak orang yang menganggap sepele, tidak tahu apa yang harus dinikmati selain suspense dan ambience horror yang mencekam. Padahal ya, kita bisa menikmati dan mempelajari aksi dan reaksi dari karakter utama, tentang keputusan yang dia ambil dalam setiap langkahnya. Apakah ada langkah yang lebih baik? Bagaimana jika dia malah melakukan hal ini ketimbang hal itu? Apakah keputusan tersebut dibuat berdasarkan logika, atau emosi semata?

Kalau kamu suka berpikir analitis yang melibatkan aksi dan reaksi psikologis seorang manusia, coba tonton film No Good Deed (2014), Funny Games (2007), Panic Room (2002), Hush (2016), Don’t Breath (2016) dan Silent House (2012).

8. Slipstream

pinterest.com

Slipstream adalah jenis film yang menganut tema ‘the fiction of strangeness’, yang biasanya dibentuk dari gabungan sci-fi, fantasi, dan fiksi literasi. Istilah yang diciptakan oleh Bruce Sterling ini memang bertujuan untuk membuat moral kompas dan kepercayaan yang dimiliki penonton menjadi goyah dan meragukan.

Dari apa yang saya baca dan beberapa film yang saya lihat, film fiksi slipstream ini punya semacam distorsi cerita yang bersifat futuristik, filosofis, tidak logis dan bersifat sangat fiktif. Tapi meskipun begitu, ada satu titik dalam elemen cerita yang membuatnya terlihat tetap logis di benak penonton.

Sebenarnya kalau mau dibahas secara singkat, film jenis ini akan membuat kita merasa sangat aneh, pusing, dan asing saat melihatnya. Cobain aja nonton film Delicatessen (1991), Groundhog Day (1993), The City of Lost Children (1995), The Green Mile (1999), Being John Malkovich (1999), Donnie Darko (2001), dan The Fountain (2006). Kalau ga puyeng, berarti kamu benar-benar menikmati film fiksi slipstream.

9. Alternate History

pinterest.com

Ada sebuah thread yang menarik sewaktu saya sering bermain di Kaskus dulu, dimana para anggotanya membicarakan tentang apa yang terjadi jika kejadian masa lampau berbeda dengan apa yang terjadi sekarang. Misalkan nih, apa yang akan terjadi jika Nazi menang perang? Bagaimana tatanan dunia sekarang?

Pertanyaan skenario yang berbentuk ‘what if’ semacam ini memang selalu menarik untuk diikuti, apalagi jika dibuat cerita dalam sebuah film. Jenis film yang menggunakan alternate histroy ini sedikit banyak akan membuat penontonnya berpikir tentang kemungkinan apa yang akan terjadi sekarang, jika masa lalu berkata lain dengan apa yang dunia rasakan.

Film alternate history yang paling terkenal mungkin seri Back to The Future (1989), tapi saya lebih menikmati beberapa film lainnya seperti Inglorious Basterds (2009), District 9 (2009), April and The Extraordinary World (2005), Source Code (2011), The Butterfly Effect (2004), Deja Vu (2006), dan Frequency (2000). Oh iya, saya juga sangat menyukai plot cerita pada film X-Men : The Days of Future Past. Ending scene-nya itu lho, memuaskan banget!

10. Social Sci-Fi

pinterest.com

Jenis film terakhir yang menurut saya selalu menarik untuk ditonton adalah social sci-fi, sebuah genre yang memfokuskan lingkup sosiologis sebagai inti dari cerita. Bagi saya yang menyukai narasi dan dialog antar karakter, film jenis inilah yang menurut saya paling ‘enak’ untuk dinikmati. Ada begitu banyak pelajaran formal dan informal yang biasanya bisa saya ambil dari film jenis ini.

Film social sci-fi biasanya akan lekat dengan faktor psikologis dan sosiologis. Karakter yang ada biasanya akan punya character development yang kuat, lengkap dengan motivasi dan ideologi masing-masing. Konflik cerita biasanya akan diceritakan dengan proses naratif, dengan backstory dan situasi yang membuat karakter didalamnya saling bertentangan satu sama lainnya.

Film Avatar (2009) dan District 9 (2009) mampu memperlihatkan arti dari jenis film ini dengan lengkap, dimana ada satu masyarakat yang berbenturan dengan masyarakat lainnya yang berbeda motivasi dan ideologi. Selain itu, ada juga beberapa film yang tidak kalah menarik seperti The Help (2011), The Truman Show (1998), Sometimes in April (2005), Persepolis (2007), The Thin Red Line (1998), Hotel Rwanda (2004), dan Schlinder’s List (1993).

Sebenarnya, masih banyak banget jenis-jenis film yang menarik namun jarang dikenal orang. Cuman berhubung sudah malam dan mata mulai mengantuk, mari kita lanjutkan saja topik ini di lain hari.

Eh iya, ada rekomendasi ga jenis film lain yang selalu menarik buat ditonton?

--

--

Ben Aryandiaz Herawan
Ben Aryandiaz Herawan

Written by Ben Aryandiaz Herawan

Ars Longa, Vita Brevis. Currently writing what's tangling in my mind.

No responses yet